Pembatasan
Jumlah Lokalisasi dan PSK yang digagas Pemerintah Kabupaten Banyuwangi guna
menekan kemaksiatan, mengurangi penyebaran HIV dan Penyakit kelamin lainnya,
meskipun terdapat pro dan kontra, perlu
dukungan semua pihak dan dilakukan secara menyeluruh, dalam arti bukan sekedar
mengurangi PSK atau menutup sebuah lokalisasi, tetapi juga harus disiapkan
solusi pemecahan problem sosial yang ditimbulkannya, sebab yang menggantungkan
hidupnya di sektor kemaksiatan tersebut bukan hanya Germo dan PSK, namun juga
masyarakat sekitar yang secara tidak langsung mendapatkan hasil dari
kemaksiatan seks tersebut. Dengan pengurangan dan penutupan Lokalisasi,
tentunya juga akan berdampak dengan ketersediaan lapangan kerja, baik yang
secara langsung maupun tidak langsung bekerja disektor tersebut. Dengan ketidak
tersediaan lapangan kerja, dikhawatirkan PSK dan orang orang yang rawan terkena
HIV dan IMS akan sulit terdeteksi, dan akan melakukan kegiatan ditempat tempat
yang tidak semestinya.
Hal yang juga
perlu mendapatkan pemikiran adalah jikalau didaerah lainnya juga menolak adanya
PSK dari luar daerah, sedangkan dimungkinkan jumlah PSK asal Banyuwangi yang
bekerja diluar daerah berbanding sama dengan jumlah PSK yang ada di Kabupaten
Banyuwangi, hal ini terjadi karena sebagian besar orang akan malu jika bekerja
sebagai PSK jika diketahui oleh sanak keluarga atau tetangga, sehingga nantinya
juga akan menjadikan sebuah persoalan baru mengenai limpahan PSK tersebut, dimana
tidak diketahui riwayat kesehatannya.
Problem PSK,
Lokalisasi dan HIV bukan sekedar problem kemiskinan ekonomi saja, namun juga
adanya dekadensi moral dan ketidak siapan dalam menerima perubahan perkembangan
peradaban, krisis kepercayaan moral terhadap tokoh panutan yang dianggap lebih
berpendidikan, sehingga dalam penanggulangan HIV dan pencegahan kemerosotan
moralitas harus dimulai dengan keterpaduan pendidikan pada sekolah umum dan
pendidikan informal yang ada dimasyarakat.
Penyebaran HIV
(Human Immunodefficiency Virus) sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune
Deviciency Synndrome) di Jawa Timur Khususnya diwilayah Kabupaten Banyuwangi
sudah sangat mengkhawatirkan, sampai saat ini yang tercatat 915 penderita, dan
mungkin lebih banyak lagi yang belum terdeteksi, sebab hampir tidak dijumpai
orang yang memeriksakan diri untuk mengetahui apakah dirinya terkena HIV atau
tidak, sebab HIV dianggap penyakit
kutukan, penyakit orang orang kotor, penderitanya bahkan keluarganya akan
dikucilkan, takut jika akan tertulari. Jika tidak segera ditanggulangi, bukan
tidak mungkin angka pengidap HIV akan terus merangkak naik hingga level
tertinggi diwilayah Jawa Timur, dan penderita HIV dan keluarganya akan
dikucilkan oleh masyarakat, hal ini diakibatkan Karena ketidak tahuan
masyarakat mengenai penyakit dimaksud.
Virus yang
menyebabkan hilangnya kekebalan tubuh ini menurut perkiraan sudah lama sekali ada pada
binatang liar dan telah “meloncat”
ketubuh manusia, pertama kali disinyalir
dari Negara Amerika serikat sekitar tahun 1980-an, dan menyebar secara cepat
keseluruh penjuru dunia, penyebarannya paling banyak melalui hubungan sex
(terutama) dengan pasangan tidak resmi, dan penggunakan jarum suntuk secara
bergantian.
Pencegahan HIV, IMS dan penutupan lokalisasi
tidak dapat dipisahkan dengan penyebab utama banyaknya PSK dan pengangguran,
yakni masalah ekonomi, sebagai salah satu akibat kegagalan peningkatan sumber
daya manusia, sehingga penutupan lokalisasi harus dibarengi dengan bekal
ketrampilan kecakapan hidup dan ketersediaan lapangan kerja, dan kesadaran akan
dosa serta bahaya penyakit yang ditimbulkan. Jika hal ini tidak dilakukan maka dikhawatirkan
dampak sosial yang akan ditimbulkan dari penutupan lokalisasi tersebut akan
semakin lebih besar, Pencegahan penyebaran
HIV dan IMS (Infeksi menular seksual) bukan sekedar mendata jumlah PSK yang ada
dilokalisai, namun seharusnya juga laki-laki yang telah menikmati PSK tersebut,
seharusnya disetiap lokalisasi juga disediakan semacam resepsionis untuk mendata semua tamu yang berkunjung, sehingga
dapat dideteksi kemungkinan penyebaran penyakit tersebut kepada keluarganya.
Problem
pemusnahan penyakit akan lebih mudah jika terjadi pada binatang, atau makhluk
hidup lainnya, sebagai contoh ketika ada serangan rabies pada anjing, maka ada
pemusnahan anjing yang disinyalir terkena rabies, namun hal ini tidak berlaku
bagi manusia. Orang yang terkena HIV yang oleh masyarakat akan digebyah uyah sebagai orang yang
berperilaku buruk, orang yang terkena penyakit kutukan. Bahkan keluarganya yang
tidak berdosa dan tidak berpenyakitpun juga terkena imbas untuk dijauhi oleh
masyarakat. Padahal orang yang terkena HIV belum tentu orang yang melakukan sex
bebas atau pelaku narkotika, dengan pisau
cukur yang digunakan bergantian dengan pengidap HIV pun orang bisa terkena.
Yang perlu
dipikirkan bersama adalah bagaimana menyelamatkan bangsa ini sehingga
penyebaran HIV dapat dihambat, memberikan kesadaran akan dosa dan penyakit yang
akan diderita bagi pelaku sex menyimpang, sehingga penyebaran HIV dapat
dihambat, orang yang terkena HIV yang apabila yang bersangkutan terkena HIV
karena perbuatan dosanya dapat menyadari akan kesalahannya dan bertaubat,
sedangkan bagi yang terkena HIV dengan tidak sengaja (bukan karena sex
menyimpang dan narkotika) dapat menerima dan hidup normal dimasyarakat, dan
masa depan bangsa dapat terselamatkan
Perkembangan
tehnologi informatika di satu sisi sangat membantu kehidupan manusia, betapa
mudahnya komunikasi yang kita lakukan dengan adanya HP dan internet yang juga disebut
sebagai jendela dunia. Dengan HP kita
akan mudah untuk berhubungan dengan saudara atau teman yang letaknya sangat
jauh, kita juga mudah untuk mengirim berita atau gambar dengan cepat, apalagi
dengan layanan tarif yang murah, merangsang orang untuk sering menggunakan HP,
untuk menghubungi siapa saja yang bisa dihubungi. Begitu juga dengan Internet,
dengan internet kita akan mudah untuk mendapatkan berita, atau mengirim berita
atau data. Namun seiring dengan perkembangan tehnologi tersebut juga menimbulkan
dampak negative terhadap masyarakat. Dengan HP bagi pasangan selingkuh akan
lebih mudah untuk berpacaran, atau lebih mudah untuk menyimpan foto dan atau
video porno. Dengan internet berita akan mudah untuk menyebar dalam hitungan
detik, termasuk foto dan atau video porno. Ada yang mengatakan bahwa pesatnya
perkembangan zaman sama halnya dengan pesatnya pembangunan rumah mewah, yang
menjadi masalah bagaimana kita mengatur sanisasi untuk pembuangan limbah.
Remaja adalah
harapan bangsa, moralitas remaja perlu dijaga bersama, sehingga bangsa ini
tidak semakin rusak moralnya dengan adanya perkembangan tehnologi yang
semestinya dapat dimanfaatkan untuk kebaikan. Namun banyak terjadi penggunaan
tehnologi yang kurang tepat yang mengakibatkan kemerosotan moral remaja.
Pencegahan
terhadap kenakalan anak anak dan remaja tidak dapat hanya dilakukan oleh
lembaga sekolah saja, namun harus bersama sama ketiga unsur yang saling
melengkapi, yaitu sekolah, keluarga dan masyarakat. Dari beberapa kasus
kenakalan remaja yang terjadi sebagian besar diakibatkan kurangnya perhatian
keluarga terhadap perkembangan anak dan remaja. Dengan tuntutan ekonomi,
mengakibatkan kedua orang tua harus bekerja, dan tidak jarang salah satu orang
tua harus bekerja diluar daerah atau bahkan keluar negeri, sehingga perhatian
terhadap anak dan remaja semakin berkurang, orang tua jarang yang mengontrol
apa yang dilakukan anaknya di internet, atau ada apa dengan HP anaknya, bahkan
ada orang tua yang gaptek tidak bisa
membuka HP, sehingga tidak akan tahu tentang apa saja yang ada di HP tersebut.
SYAFA’AT, SH
Ketua Lembaga Pendidikan dan Sosial
Widyatama
Muncar – Banyuwangi
No comments:
Post a Comment