Meskipun tempatnya di pengunungan, saya tetap mendatangi Madrasah Ibtidaiyah Negeri tersebut. Saya harus berangkat pagi, ketika ayam baru keluar dari kandang. Bersykur jalan yang dilalui sudah mulus, sehingga mobil dinas yang saya bawa juga tidak mengalami kendala untuk menyusuri lereng gunung raung tersebut. Tidak terasa jauh perjalanan ini dari pusat kota, udara segar pagi hari memaksaku mematikan AC mobil untuk tergantikan dengan udara segar perdesaan dengan membuka sedikit sedikit kaca mobil agar udara semriwing tersebut dengan leluasa dapat saya nikmati.
Ini merupakan hari kedua anak anak mengerjakan Penilaian Ahir Semester pada Madrasah Tingkat Dasar. Dimana pelaksanaannya berbeda dengan kegiatan yang dilakukan pada tahun sebelumnya, meskipun anak anak tersebut tidak asing dengan piranti modern yang selama ini juga digunakan untuk menambah pengetahuan dalam pembelajaran, namun bagiku hal ini juga sangat istimewa. Hal ini terkait dengan letak Madrasah ini yang berada dipegunungan dimana selama ini banyak yang menganggap daerah pegunungan tersebut kurang terjamah dengan tehnologi.
Saya berhenti sejenak dipasar tradisional pusat kota Kecamatan yang letaknya sekitar satu kilometer dari Madrasah yang saya kunjungi, beberapa pedagang buah khas daerah ini dengan senyum menawarkan dagangannya. Ada tiga jenis buah unggulan yang ada diwilayah ini, dimana rasanya khas dibandingkan dengan daerah lainnya, meskipun dengan jenis buah yang sama. Mungkin karena kandungan dan tekstur tanah yang berbeda yang mengakibatkan durian yang ada dari daerah ini berbeda rasanya dengan daerah lainnya. Terlebih durian merah yang sangat diburu oleh warga perkotaan, dimana harganya juga jauh berbeda dengan buah sejenis yang sudah umum rasanya.
Terlihat beberapa anak dibonceng ayahnya dengan motor menuju sekolah, tak seperti belasan tahun yang lalu dimana dengan jarak satu kilometer anak anak jalan kaki, atau paling banter memakai sepeda gayung menuju tempat meunutut ilmu. Perubahan zaman telah mengubah gaya hidup mereka. Padahal menurut saya dengan berjalan kaki meski beratus ratus meter akan menyehatkan. Terlebih diudara perdesaan dengan jalan berkelon naik turun dimana jika memakai motor atau mobil dapat memacu andrenalin. Tidak pas ketika memadukan gas dan korsneleng bisa macet ditengah jalan ketika sedang menanjak. Terlebih jika melewati jalanan yang belum beraspal.
Daerah ini bukan hal yang asing bagi saya, beberapa tahun yang lalu sebelum saya diangkat sebagai Pegawai Negeri, saya pernah mendampingi Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Madula singkatan dari Manggis, Durian Langsep dalam rangka program PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) mandiri, dimana saya harus mendampingi organisasi ini dalam pengembangan pipa air bersih, dimana dalam program tersebut air bersih dialirkan dari sumber yang ada dipuncak gunung dialirkan melalui pipa diperkampungan penduduk. Menyusuri hutan untuk memasang pipa adalah sebuah tantangan dimana kita harus membawa perbekalan dimana dalam hutan tidak ada warung kopi. Dan saat ini pipa pipa tersebut masih berfungsi dengan baik. Hal ini terlihat dari penampungan air yang terlihat di beberapa lokasi dekat jalan raya.
Saya sampai Madrasah tepat beberapa menit ujian dilaksanakan, anak anak terlihat sumringah memasuki ruangan dengan menenteng laptop yang sudah dipersiapkan untuk mengikuti ujian dihari kedua yang akan dilaksanakan. Tak terlihat bahwa mereka belum terbiasa dengan alat ketik dan komunikasi modern tersebut. Tidak semua kelas menggunakan PAS berbasis komputer (CBT) untuk kelas bawah dimana masih sangat dibutuhkan ketrampilan untuk membaca dan menulis, masih menggunakan media kertas (PBT). Hal ini dilakukan dengan mengingat anak anak tersebut tidak hanya diajarkan tentang pengertian dan bagaimana cara mengerjakan soal, namun bagaimana anak anak tersebut dapat menulis dengan baik, karena meskipun ada piranti canggih untuk menulis, namun masih dibutuhkan ketrampilan menulis dengan menggunakan tangan.
Sepertinya tidak ada kesulitan bagi anak anak untuk mengerjakan soal berbasis online tersebut.mereka tampak asyik didepan Laptop masing masing seakan mereka sedang memainkan geme online, meski mereka kadang membutuhkan kertas untuk corat coret dalam melakukan pengerjaan soal tersebut. Saya tidak masuk kedalam ruangan, takut mengganggu anak anak dalam pengerjaan soal, hanya keliling lokasi Madrasah yang tanahnya dari wakaf atau pemberian seseorang secara Cuma Cuma tersebut. Saya Ngopi dikantin belakang sekolah, dekat sungai kecil yang jernih. Tak terlihat sedikitpun kotoran. Gemericik Air segar tersebut mungkin sangat menyenangkjan jika kita mandi disana, seperti cerita kita saat kecil dimana selalu mandi di sungai, berenang di kedung ( sungai dengan kedalaman sekirat satu meter) dan bermain perahu perahuan.
Secangkir kopi nnyaris tanpa sisa ketika bel berbunyi pertanda ujian usai. Saya tinggalkan kantin kecil dekat gemericik air untuk menuju kampus sekolah. Misi saya untuk melihat anak anak melaksanakan ujian berbasis komputer nampaknya sudah usai, tidak ada kendala apapun pelaksanaan ujian dilereng gubung tersebut, sinyal juga lumayan bagus. Pada pelaksanaan Ujian nasional tahun depan saya yakin madrasah ini siap jika harus berbasis komputer, seperti pelaksanaan PAS ini, dimana dengan ujian berbasis komputer akan meringankan sedikit beban para guru untuk megoreksi hasil ujian siswa. Tidak seperti ujian berbasis kertas dimana guru dirumah yang seharusnya untuk keluarga, masih berkutat dengan hasil kerja siswa. Terlenih dengan CAT ini tidak menggunakan kertas, sehingga akan menghemat anggaran penggandaan soal.
Saya tidak langsung ke kantor selesai ujian. Saya sempatkan mampir dirumah b Dewi yang letaknya tidak jauh dari madrasah. Rumah dengan gazebo didepan dengan kolam kecil mengelilinginya tersebut sangat asyik untuk berdiskusi. Terlebih dengan suguhan manggis manis seperti pemilik rumah beberapa siswa ikut nimbrung dalam diskusi tersebut, kebetulan anak B Dewi yang juga siswa Madrasah enak diajak diskusi, karenanya saya dapat bersenda dengan anak anak tersebut menanyakan enaknya mengerjakan soal dengan Laptop.
Anak anak sangat senang dengan penilaian Ahir Semester dengan Laptop tersebut, mereka juga bercerita bahwa kadangkala gurunya juga memberikan Pekerjaan Rumah secara online, sehingga bagi anak anak tersebut mengerjakan soal dengan menggunakan Laptop bukan masalah baru. Tak seperti kondisi saya waktu kecil dimana untuk berangkat ke sekolah dengan jarak lebih dari satu kilometer dan ditemouh dengan jalan kaki tanpa sepatu, anak anak zaman sekarang dapat belajar dengan piranti canggih yang dapat dijangkau oleh orang tuanya.
Penggunaan TehnologiInformatika dalam pembelajaran sebuah keniscayaan, dimana dengan piranti ini akses informasi semakin cepat, begitu juga dengan literasi anak anak dimana mereka juga dapat menemukan materi pelajaran dengan menggunakan tehnologi tersebut, meskipun dampak negatif yang mungkin timbul juga harus diantisipasi, setidaknya dengan penggunaan tehnologi nuntuk pembelajaran ini dapat mengarahkan tentang penggunaan tehnologi secara positif untuk perkembangan anak anak.
No comments:
Post a Comment