Banyak yang
istimewa dari Hari Lahir Banyuwangi ke 239 tahun ini, disamping peluncuran
pelayanan KTP 30 menit dan dicetak di masing masing Kantor Kecamatan, juga
penerbangan perdana pengoperasian Lapangan
Terbang Blimbingsari, dan masih banyak lagi yang begitu istimewa yang diberikan
Bupati Abdullah Azwar Anas untuk Banyuwangi, dan semoga awal pemerintahan yang
baik ini berjalan sampai ahir jabatannya.
Yang mungkin
terasa sangat istimewa adalah sebutan Sunrise Of Java, sebuah sebutan yang
hanya mungkin disandang Banyuwangi, sebab hanya Banyuwangi yang berada diujung
timur Pulau Jawa, dan tidak akan diklaim oleh wilayah lainnya. Jika dulu
Banyuwangi mendapat julukan Kota Pisang, yang kemudian pudar dengan sendirinya
karena produksi pisang Banyuwangi menurun dan ada daerah lain yang produksi
pisangnya meningkat, atau sebutan sebutan lain yang masih mungkin berpindah ke
daerah.Dengan Brand baru bersamaan
dengan pengoperasian bandara Blimbingsari, adalah sebuah harapan Banyuwangi
benar benar Go Internasional.
Sebutan sebuah
kota atau daerah adalah sebutan bagi kota tersebut yang menjadi kebanggaan atau
sebutan khas dari daerah tersebut, hal yang tidak jauh berbeda dengan julukan
yang diberikan kepada seseorang, ada julukan yang diberikan oleh orang lain
kepada seseorang, karena orang lain tersebut melihat hal yang khas daripadanya,
ada juga julukan yang diberikan oleh dirinya sendiri, karena dia merasa seperti
yang dijukukkan tersebut, hal yang aneh dan tidak dapat diterima orang dan
mungkin jadi cemoohan jika julukan yang diberikan jauh berbeda dengan
kenyataannya. Julukan seperti si Jangkung, karena yang bersangkutan Tinggi
Kurus, Si Cebol, Si Pandir, Si Abu Nawas dan lain lain. Dan Orang akan merasa
aneh jika orang yang biasa saja kita sebut dengan si Gendut, begitu juga dengan
sebuah daerah.
Jogjakarta
dikenal dengan julukan kota gudeg, sebab yang khas dari daerah tersebut adalah
gudeg, Surabaya dikenal dengan Kota Pahlawan, karena ada peristiwa heroic yang
dijadikan sebagai peringatan Nasional Hari Pahlawan, Pulau Bali dikenal dengan
Pulau Dewata, karena keelokan dan keindahan alamnya, begitu juga dengan
Banyuwangi. Dulu kota ini dikenal dengan sebutan kota pisang, karena mulai
zaman penjajahan Belanda terkenal dengan produk pisangnya, bahkan di Ekspor
hingga keluar negeri, ada beberapa pisang yang khas yang hanya ada di Banyuwangi,
namun perkembangan produksi pisang di Banyuwangi jauh menurun, banyak tanaman
pisang yang mati keracunan seperti tanpa ada upaya untuk menanggulanginya,
sehingga petani pisang berpindah ke tanaman lainnya, sehingga produksi pisang
jauh menurun dan tertinggal dengan
daerah lainnya, dan sebutan kota pisangpun sudah tidak layak lagi disandang
oleh Kota ini, sebutan Kota Pisang berpindah ke daerah lainnya dimana daerah
tersebut aktif mengembangkan produksi pisang.
Sebenarnya masih
banyak yang khas yang ada diwilayah Banyuwangi, dan seharusnya kita sendiri
yang memberikan julukan bagi daerah kita, karena sebutan yang kita berikan untuk
daerah kita sendiri akan lebih baik daripada julukan yang diberikan oleh orang
lain. Ada beberapa seni dan budaya yang berkembang diwilayah Banyuwangi, baik
yang bernuansa Islam, Unsur Jawa dan Bali, baik yang daerah lain memilikinya
hingga yang hanya ada diwilayah Banyuwangi.Banyuwangi mempunyai banyak kesenian
khas, baik Gandrung, Kuntulan, Janger, Mocoan dan lain lain, begitu juga dengan
hasil alam dan pertanian, disamping pisang, jeruk dan produk pertanian dan
perkebunan, Banyuwangi juga mempunyai produk ikan yang melimpah, sehingga
menjadi barometer bagi nilai jual ikan di Indonesia. Dengan banyaknya Pabrik
pengolahan hasil perikanan, menjadikan jujugan bagi para nelayan diwilayah lain
untuk memasarkan ikan di Banyuwangi, tepatnya di Muncar. Jika orang lain
memberikan julukan kepada kita, maka julukan yang diberikan tidak sesuai dengan
selera kita, dan kebanyakan julukan yang diberikan kepada orang lain tersebut
cenderung negatif, saya masih ingat ketika masih berada di pesantren dimana
teman saya menceritakan bahwa yang bersangkutan dilarang untuk belajar di
Banyuwangi, karena takut terhadap santet, begitu juga dengan orang Banyuwangi
yang berada diluar daerah dimana juga ada yang dicurigai mempunyai ilmu santet.
Dan rasanya orang Banyuwangi tidak ada yang rela jika ada julukan Kota Santet
untuk Kota ini
Sebutan kota
gandrung (yang mudah mudahan tidak di klaim oleh daerah dan Negara lain), juga sedang
ngetren saat ini, apalagi dibanyak wilayah Banyuwangi terpanpang neon box dari
sekolah sekolah dan instansi pemerintah yang menampilkan sang penari gandrung,
dan rasanya hanya Banyuwangi yang mempunyai seni gandrung. Namun ada bebarapa
masyarakat yang kurang sependapat dengan lebih ditonjolkannya sebutan kota gandrung sebagai identitas kota
ini, sebab seorang penari gandrung dianggap kurang religi karena menampakkan
sebagian aurotnya, dan pada zaman dahulu kesenian gandrung identik dengan mabuk
mabukan dan citra kesenian negatif, hal ini tidak lepas dari perilaku beberapa
masyarakat yang kurang dapat menempatkan seni pada kerangka seni, sehingga
mengakibatkan beberapa citra negatif pada beberapa kesenian yang ada.
Sebutan Kota
Gandrung (yang mudah mudahan tarian ini tidak di klaim daerah dan atau Negara
tetangga), juga Ngetren, apalagi dibanyak wilayah Banyuwangi terpampang neonbox
sang penari gandrung., namun ada bebrapa masyarakat yang kurang sependapat
dengan sebutan Kota Gandrung, sebab seorang penari gandrung kurang religi,
karena menampakkan sebagian outat, dan pada zaman dahulu kesenian gandrung
identik dengan mabuk-mabukan, serta cutra kesenian negative lainnya. Hal itu
tidak terlepas dari perilaku masyarakat yang kurang dapat menempatkan seni pada
kerangka seni, sehingga mengakibatkan beberapa citra negative pada bebrapa
kesenian yang ada diwilayah Banyuwangi.
Dalam momentum
Hari jadi Banyuwangi, tidak ada salahnya jika diadakan sebuah kesepakatan untuk
manjadikan sebuah sebutan atau julukan sebagai brand bagi daerah ini, menjadikan hari jadi Banyuwangi sebagai momentum
untuk lebih memperkenalkan Banyuwangi ke kancah Internasional, Barangkali
sebagian kita akan bertanya Tanya, mengapa Hari Jadi Banyuwangi diambil dari
perjuangan masyarakat Banyuwangi mengusir Penjajah yang dikenal dengan puputan
Bayu, sebuah rentetan pertempuran yang mengakibatkan banyaknya korban bagi
masyarakat Banyuwangi, sehingga Belanda mempromosikan agar lebih banyak
pendatang dari wilayah mataraman untuk mengisi kekurangan Penduduk diwilayah
Banyuwangi, sehingga bagi para pendatang tersebut ada sebutan sebagai orang Jowo Kulon, sedangn penduduk yang lebih
dahulu ada disebut dengan Lare Osing.
Mengapa Hari Jadi Banyuwangi tidak mengambil peristiwa berdirinya Kerajaan
Blambangan, dimana dalam masa kejayaan kerajaan Blambangan tersebut kekuasaannya
hingga mencapai Probolinggo?. Ada
banyak hal sehingga Harjaba mengambil momentum perjuangan, sebagai tonggak
dimulainya wilayah yang lebih baik.
Peringatan hari
jadi sebuah daerah memanglah berbeda dengan peristiwa lahirnya Manusia, sebab
kelahiran manusia adalah pasti, yakni keluarnya seorang bayi dari rahim ibunya,
namun peristiwa hari jadi sebuah daerah bukanlan sama dengan kelahiran anak
manusia, apalagi daerah tersebut ada bukan karena migrasinya serombongan
penduduk, yang dengan mudak dilihat kapan mulainya migrasi penduduk tersebut,
sehingga sebuah daerah dikatakan benar benar ada. sehingga wajar jika dalam
melihat sebuah hari jadi di beberapa daerah adanya perbedaan pemahaman tentang kapan
sebuah daerah dikatakan ada dan layak disebut sebagai munculnya daerah dengan
tata pemerintahan yang modern. Peristiwa Hari jadi juga bukan sekedar gagah
gagahan dari sebuah daerah yang merasa lebih dahulu ada daripada daerah
lainnya, sebab untuk apa lahir lebih dahulu jika pada akhirnya akan ketinggalan
dengan daerah lainnya. Namun peringatan hari jadi sebuah daerah tidaklah boleh
diabaikan begitu saja, dengan adanya peringatan hari jadi, adalah sebuah
peristiwa pembeda dari daerah lainnya, sehingga diharapkan peringatan hari jadi
sebuah daerah (apalagi kelahirannya dikaitkan dengan peristiwa heroic ), maka
sudah sewajarnya dalam peringatan hari jadi juga sebagai salah satu tonggak
untuk daerah dalam mengekpresikan segala yang dimiliki kepada dunia bahwa kita
benar benar ada.
Sebagai daerah
yang heterogen, yang dihuni dari berbagai suku, sudah selayaknya untuk tidak menggunggulkana
satu suku dengan suku lainnya, Dan Peringatan Hari Jadi Banyuwangi bukan hanya
milik Lare Osing, atau Wong Banyuwangi, namun milik kita yang
saat ini menghuni wilayah Banyuwangi. Jika ada daerah yang mampu menjadikan
suatu yang biasa menjadi luar biasa, seperti menjadikan karnaval yang biasa ada
pada setiap perayaan Agustusan menjadi Karnaval yang Luar Biasa hingga tingkat Internasional,
mengapa kita yang mempunyai kekuatan Luar Biasa tidak menjadikan benar benar
luar biasa.
No comments:
Post a Comment