Revolusi Mental Hari Kedua
(Memahami Makna Pancasila)
(Memahami Makna Pancasila)
Gadis itu
tersenyum manis, kacamata diatas hidung minimalisnya menambah pesona yang
keluar dari aura wajahnya. Saya mengikuti saja ketika diajak selfie denganya,
tanpa haruis menanyakan siapa namanya ataukan darimana dia berada. Dengan
seragam yang nyaris sama, saya yakin bahwa gadis cantik tersebut juga peserta
diklat sepertiku, dimana ditempat ini kita saling menggali potensi diri.
Saya bertemu
dengan orang orang dengan latar belakang pendidikan yang berbeda beda, dari
Instansi yang berbeda pula, beberfapa diantaranya juga berbeda dalam beragama
dan keyakinan dalam menjalankan agammanya tersebut. Saya tetap enjoy bersama
mereka, bagi saya semakin banyak teman dengan berebagai atar belakang suku dan agama
tersebut akan semakin menambah wawasan saya, bahwa Indonesia bukan hanya kaya
akan sumber daya alamnya, tetapi juga beraneka ragam suku dan budaya.
Kita harus
menghapus sekat perbedaan di negeri berbhineka, begitu juga yang saya lakukan
sebelum upacara, karena kita merupakan makhluk dengan brand manusia yang hidup
di Indonesia dimana para pendiri bangsa sepakat menjadikan Pancasila sebagai
falsafah dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karenanya sungguh tidak
elok jika saya menolak untuk sekedar selfie dengan sesama, meskipun belum
begitu mengenalnya.
Para pendidi
bangsa yang sepakat dengan Pancasila tersebut bertujuan agar sebagai masyarakat
timur yag menjunjung tinggi nilei budaya, dapat menjalankan kehidupan dengan falsafah yang sama dalam kehidupan
sehari hari. Sebagaimana dulu Nabi Muhammad SAW ketika membentuk Negara Madinah
juga berlandaskan Piagam Madinah, sebuah piagam yang disepakati oleh para
kabilah yang ada diwilayh tersebut untuk membentuk sebuah negara meski berbeda
agama dan keyakinannya.
Dalam
kehidupan sehari hari kita telah melaksanakan berdasarkan agama yang kita anut
bersama, beberapa orang mencoba membandingkan agama dengan Pancasila, dimana
antara Agama dan Pancasila tersebut sebenarnya tidak dapat dibandingkan, karena
berbeda konteks dan tujuannya, dimana Pancasila merupakan Ideologi dalam
berbegara yang semestinya pembandingnya juga ideologi yang diterapkan di negara
lainnya, sedangkan pembanding agama adalah agama itu sendiri, meskipun
sebenarnya tidak elok membandinhgkan sebuah agama, karena agma merupakan sebuah
keyakinan dimana nalar manusia harus mengikuti agama yang dianutnya. Karenanya
kebenaran sebuiah agama adalah kebenaran berdasarkan keyakinannya, sehingga
jika sebuah agama di Ilmiahkan, maka sering terjadi ketidak sinkronan antara
kebenaran ilmiah yang berkembang sesuai dengan kondisi zaman dengan kebenaran
agama yang menurut penganutnya merupakan kebenaran mutlak.
Saya tidak
sedang membahas agama, maupun bagaimana Pancasila itu disepakati sebagai
ideologi dalam bernegara, berbangsa dan bermasyarakat, karena pada dasarnya
yang ada dalam Pancasila tersebut tidak bertentangan dengan nilai nilai yang
termakna dari ajaran agama. Saya hanya sepakat bahwa untuk mewujudkan
masyarakat yang lenih beradan, disamping tetap harus menggunakan pendekatan
nilai nilai agama yang diterapkan dalam kehidupan sehari hari, juga harus ada
langkah untuk menyebarkan nilai nilai luhur bangsa Indonesia yang terkandung
dalam Pancasila tersebut melalui pendidikan. Hal ini sebagai salah satu untuk
membackup niai nilai budi pekerti pada generasi muda yang diharapkan dalam
kehidupan sehari hari tercipta kehidupan dengan norma norma sebagaimana
terkandung dalam agama dan pancasila.
No comments:
Post a Comment