Wafat Sesusi Doanya
Dunia
bukan benar benar panggung sandiwara atau pentas srimulat dimana ketika ada
pemain dengan adegan meninggal dunia bisa menggelar tikar, menyiapkan bantal
dan jatuh pelan pelan seperti pengantin baru menuju pembaringan. Namun kehidupan
yang berkaitan dengan kematian bisa datang kapan saja dan dimana saja, bahkan ketika
orang sedang melakukan perbuatan yang sangat memalukan dan mengundang aib seaib
aibnyapun tak luput dari kematian yang datangnya tiba tiba. Meski demikian
tidak sedikit seseorang yang meninggal dengan begitu Indah.
Ketika
saya kembali dari Masjidil Haram bersama rombongan jamaah haji yang relatif
sudah sangat udzur, Dokter Idha Prasetyowati berbisik ditelinga saya dengan
suara lirih agar tidak didengar oleh orang lain. Bisikan yang selalu saya ingat
sampai ditanah air. Saya mengiyakan apa yang disampaikan, sebuah keinginan yang
wajar dari perempuan muda yang sedang berada di negeri orang. Meskipun sangat
berat bagi saya untuk melakukannya. Sungguh membuat perang batin dari dalam
diri yang yang juga mempunyai pemikiran yang sama dengannya. Setiap orang
berhak untuk memanjatkan doa. Dan doalah satu satunya senjata yang tidak dapat
terpenjarakan. Saya tidak dapat memaksa para jamaah agar tidak mempunyai
keinginan untuk wafat dalam menjalankan Ibadah haji, saya hanya menghimbau agar
mereka menjaga kesehatan, sehingga dapat menjalankan Ibadah haji dengan sempurna
dan kembali kepada Keluarganya di tanah air, mendoakan orag orang yang saat
kita berangkat juga mendoakan calon jamaah.
Di
Mina pada hari pertama telah wafat seorang laki laki tua setelah semalam
menikmati tidur ditenda. Lelaki tua ini belum sempat menikmati bagaimana
panasnya udara di Mina, beliau wafat saat tidur pada malam pertama setelah
kedatangan dari Arofah. Tak ada yang tahu persis jam berapa beliau wafat,
mungkin hanya istrinyalah yang merasakan pada jam berapa suaminya wafat,
meskipun ketika lelaki tua ini wafat, sang istri sedang melontar jumroh Aqobah
yang dalam bahasa Inggris sebagaimana terpampang pada tembok Jamarat tertulis dengan
tulisan yang sangat besar Big Jamarat. dan langsung menuju ke
Hotel bersama rombongannya. Saya yakin bahwa sang istri
merasakan detik detik kematian suaminya meskipun berjauhan, karena sepasang
suami istri yang sudah puluhan tahun menjalin cinta dan asmara tersebut seakan
telah menyatu perasaanya. Masih kami ingat ketika masih berada di Madinah saat
lelaki tua ini mendapatkan perawatan dikamarnya, sang istri sempat berbisik,”
kalau wafat jangan di Madinah To Pak Pak, nanti saja kalau sudah berada di
Makkah”.
Saya
tidak dapat mengantar jenazah lelaki tua ini hingga ke Pemakaman di Serea,
ketika petugas membawa jenazah dengan ambulan menuju Makkah, saya hanya
mengantar hingga ke Pintu Keluar maktab. Saya sempat berbincang dengan Fuady,
petugas yang membawa Jenazah tersebut yang saya kenal sejak di balai Diklat
Keagamaan Surabaya. Beliau memang Pegawai di BDK tersebut. Yang sangat saya
ingat dari Fuady adalah dia selalu berjabat tangan dengan seluruh peserta dalam
satu kelas saat menyerahkan presensi. Tak menyangka pada ahirnya saya bertemu
di makkah dengan Fuady yang ketika saya mengikuti Diklat Calon Penghulu ini
menjadi panitianya. Dia bertugas sebagai PPIh non kloter di Makkah dan saat di
Armina kebetulan bertemu kembali saat membawa jenazah dari Jamaah kloter 37 yang
wafat pada urutan kedua, Fuady menyampaikan bahwa jenazah yang wafat di Mina
juga akan mendapatkan perawatan sebagaimana yang wafat di Makkah. Tentunya juga
akan di Sholatkan di masjidil Haram dan di makamkan di Soraya/Serea.
Gus
Fiky adalah orang yang pertama mendapati Lelaki yang sedang tertidur dengan
pakaian Ihrom ini menghadap Ilahi. Saat itu ketua Rombongan ini bermaksud
melakukan Tahallul terthadap jamaahnya tersebut yang didapatinya telah
meninggal dunia. Dokter Idha Prasetyowati yang pada jamaah yang sakit yang
memang kita kumpulkan agar mudah untuk memantaunya tidak menyadari jika ada
jamaahnya yang meninggal dunia, karena tidak ada tanda tanda lelaki tua
tersebut akan meninggal dunia, karena tidak ada keluhan apa apa. Beliau hanya
tidur begitu saja saat memasuki tenda Mina. Sebagaimana disampaikan ketua
rombonga tersebut bahwa lelaki tua tersebut memang mempunyai keinginan untuk
meninggal dunia di makkah pada hari Jum’at.
No comments:
Post a Comment