Selamat Datang Pada BLOG SYAFA'AT semoga bermanfaat
Home » » Wafat Sesuai Doanya

Wafat Sesuai Doanya

Wafat Sesusi Doanya

Dunia bukan benar benar panggung sandiwara atau pentas srimulat dimana ketika ada pemain dengan adegan meninggal dunia bisa menggelar tikar, menyiapkan bantal dan jatuh pelan pelan seperti pengantin baru menuju pembaringan. Namun kehidupan yang berkaitan dengan kematian bisa datang kapan saja dan dimana saja, bahkan ketika orang sedang melakukan perbuatan yang sangat memalukan dan mengundang aib seaib aibnyapun tak luput dari kematian yang datangnya tiba tiba. Meski demikian tidak sedikit seseorang yang meninggal dengan begitu Indah.
Ketika saya kembali dari Masjidil Haram bersama rombongan jamaah haji yang relatif sudah sangat udzur, Dokter Idha Prasetyowati berbisik ditelinga saya dengan suara lirih agar tidak didengar oleh orang lain. Bisikan yang selalu saya ingat sampai ditanah air. Saya mengiyakan apa yang disampaikan, sebuah keinginan yang wajar dari perempuan muda yang sedang berada di negeri orang. Meskipun sangat berat bagi saya untuk melakukannya. Sungguh membuat perang batin dari dalam diri yang yang juga mempunyai pemikiran yang sama dengannya. Setiap orang berhak untuk memanjatkan doa. Dan doalah satu satunya senjata yang tidak dapat terpenjarakan. Saya tidak dapat memaksa para jamaah agar tidak mempunyai keinginan untuk wafat dalam menjalankan Ibadah haji, saya hanya menghimbau agar mereka menjaga kesehatan, sehingga dapat menjalankan Ibadah haji dengan sempurna dan kembali kepada Keluarganya di tanah air, mendoakan orag orang yang saat kita berangkat juga mendoakan calon jamaah.
Di Mina pada hari pertama telah wafat seorang laki laki tua setelah semalam menikmati tidur ditenda. Lelaki tua ini belum sempat menikmati bagaimana panasnya udara di Mina, beliau wafat saat tidur pada malam pertama setelah kedatangan dari Arofah. Tak ada yang tahu persis jam berapa beliau wafat, mungkin hanya istrinyalah yang merasakan pada jam berapa suaminya wafat, meskipun ketika lelaki tua ini wafat, sang istri sedang melontar jumroh Aqobah yang dalam bahasa Inggris sebagaimana terpampang pada tembok Jamarat tertulis dengan tulisan yang sangat besar Big Jamarat. dan langsung menuju ke Hotel bersama rombongannya. Saya yakin bahwa sang istri merasakan detik detik kematian suaminya meskipun berjauhan, karena sepasang suami istri yang sudah puluhan tahun menjalin cinta dan asmara tersebut seakan telah menyatu perasaanya. Masih kami ingat ketika masih berada di Madinah saat lelaki tua ini mendapatkan perawatan dikamarnya, sang istri sempat berbisik,” kalau wafat jangan di Madinah To Pak Pak, nanti saja kalau sudah berada di Makkah”.
Saya tidak dapat mengantar jenazah lelaki tua ini hingga ke Pemakaman di Serea, ketika petugas membawa jenazah dengan ambulan menuju Makkah, saya hanya mengantar hingga ke Pintu Keluar maktab. Saya sempat berbincang dengan Fuady, petugas yang membawa Jenazah tersebut yang saya kenal sejak di balai Diklat Keagamaan Surabaya. Beliau memang Pegawai di BDK tersebut. Yang sangat saya ingat dari Fuady adalah dia selalu berjabat tangan dengan seluruh peserta dalam satu kelas saat menyerahkan presensi. Tak menyangka pada ahirnya saya bertemu di makkah dengan Fuady yang ketika saya mengikuti Diklat Calon Penghulu ini menjadi panitianya. Dia bertugas sebagai PPIh non kloter di Makkah dan saat di Armina kebetulan bertemu kembali saat membawa jenazah dari Jamaah kloter 37 yang wafat pada urutan kedua, Fuady menyampaikan bahwa jenazah yang wafat di Mina juga akan mendapatkan perawatan sebagaimana yang wafat di Makkah. Tentunya juga akan di Sholatkan di masjidil Haram dan di makamkan di Soraya/Serea.

Gus Fiky adalah orang yang pertama mendapati Lelaki yang sedang tertidur dengan pakaian Ihrom ini menghadap Ilahi. Saat itu ketua Rombongan ini bermaksud melakukan Tahallul terthadap jamaahnya tersebut yang didapatinya telah meninggal dunia. Dokter Idha Prasetyowati yang pada jamaah yang sakit yang memang kita kumpulkan agar mudah untuk memantaunya tidak menyadari jika ada jamaahnya yang meninggal dunia, karena tidak ada tanda tanda lelaki tua tersebut akan meninggal dunia, karena tidak ada keluhan apa apa. Beliau hanya tidur begitu saja saat memasuki tenda Mina. Sebagaimana disampaikan ketua rombonga tersebut bahwa lelaki tua tersebut memang mempunyai keinginan untuk meninggal dunia di makkah pada hari Jum’at. 
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

No comments:

Post a Comment

 
Support : Copyright © 2013. Blog Syafa'at - Semua Hak Dilindungi
Template Modify by Blogger Tutorial
Proudly powered by Blogger