Selamat Datang Pada BLOG SYAFA'AT semoga bermanfaat
Home » » Tertahan di Bir Aly bagian pertama

Tertahan di Bir Aly bagian pertama

Tertahan di Bir Aly

Kita tidak dapat mempercepat yang seharusnya lambat, ataupun memperlambat yang seharusnya cepat, semua akan sampai pada akhirnya, begitulah yang seharusnya terjadi, dan itulah yang terjadi. Strategipun dilaksanakan, semua petugas menyebar sesuai kebutuhan, ketiga petugas medis berada pada bus dimana ada jamaah Sangat Risti, dan ketua kloter berada pada Bus pertama. Agar bisa mengatur jamaah saat berada di Makkah.
Jamaah pun sudah masuk kedalam bus sesuai dengan rombongannya, meskipun beberapa jamaah bingung dengan siapa dia bergabung. Hal ini karena adanya beberapa perubahan saat  terbentuknya rombongan saat berada di Embarkasi, beberapa jamaah yang tidak dapat berangkat dan digantikan dengan jamaah yang lain dari kloter sebelumnya mengakibatkan ketua rombongan tidak mengenal anggotanya.meski saat cek pasport sudah disosialisasikan kepada ketua regu dan rombongan, namun kedekatan emosional jamaah yang tidak mau berpisah dengan jamaahnya yang sudah dianggap sangat akrab yang mengakibatkan jamaah tersebut tidak mau dipisahkan.
Bus bus yang dianggap cukup segera melaju menuju makkah tanpa menunggu giliran sesuai dengan nomor urut bus, sehingga bus nomer satu yang seharusnya berisi 40 jamaah dengan 40 pasport, diisi oleh 44 orang jamaah. Perjalananpun sempat tertahan, sedangkan bus  jamaah lain sudah mulai berangkat. Putusan cepat dilakukan oleh petugas sektor, mengingat jalanan yang mulai padat dan klakson klakson menyalak. Bus dipersilahkan berangkat dan akan ditats kembali saat di Bir Aly. Ketua rombonganpun juga sudah setuju dengan penyelesaian ini, mengingat tinggal tiga bus ini yang bermasalah dan belum berangkat. Ada jamaah Bus 2 yang seharusnya berada di Bus 3 dan Jamaah yang ada di Bus 1 yang seharusnya berada di Bus 2.
Bus berjalan normal menuju bir Aly, tempat jamaah mengawali niat umroh, seakan tidak ada masalah yang berarti, jamaah yang telah berpakaian Ihrom sejak berada di Hotel Madinahpun seakan tenang menikmati perjalanan ditengah gurun batu tak beraturan yang sangat berbeda dengan pemandangan perjalanan  di Indonesia. Mereka asyik bersenda dengan pikirannya masing masing, udara segar AC bus kontras dengan kondisi gurun tanpa pepohonan disekitar Bir Aly membuat perjalanan serasa cepat.
Sampai bir aly, jamaah turun dengan semangat, beda dengan ketua kloter dengan seribu kecamuk yang siap membuyarkan konsentrasi, semua bus kloter 37 SUB hampir semua datang, termasuk bus rombongan 2 yang seharusnya jamaahnya ditambah 4 dari rombongan 1, sayapun menghampiri pimpinan bus rombongan 2 untuk menyampaikan hal ini, dan beliau juga okey, sayapun bersiap sholat dua rokaat sebagaimana jamaah haji lainnya.
Persoalan muncul ketika ada berita dari WA bahwa bus 3 tertahan dan tak dapat melanjutkan perjalanan karena terserempet dumtruk disekitar hotel di Madinah. Terbayang bagaimana paniknya jamaah yang berada di bus 3, dan terbayang juga bagaimana pikiran ketua kloter yang harus menyelesaikan dua persoalan sekaligus dalam waktu yang sama.
Para jamaah yang berada di Bir Aly sudah selesai mengambil miqot, dan siap untuk berangkat, ke Makkah, begitu juga dengan jamaah bus rombongan 1 yang seharusnya  di rombongan 2 juga siap untuk pindah. Persoalan mulai muncul ketika jamaah ditolak oleh kru bus 2 yang merasa jamaahnya sudah sesuai dengan quota, beberapa detik kemudian bus 2 pun meninggalkan bir aly dengan meninggalkan jamaah yang seharusnya ikut bersamanya. Jamaahpun kembali ke bus 1 seperti semula. Saya masih sibuk berkoordinasi dengan sektor Madinah untuk menyelesaikan persoalan tertahannya Bus 3 yang mengalami musibah, dan tak sempat menahan Bus 2 yang seharusnya ditambah penumpangnya sesuai dengan jumlah pasport. Terbayang bagaimana gadis kecil dan para jamaah yang sedih gelisah karena bus tidak boleh berangkat. Sementara di bir aly bus 1 juga tidak dapat berangkat. Saya sebagai Ketua kloter terus berkomunikasu dengan sektor untuk menyelesaikan masalah bus 3, sementara pembimbing ibadah juga sibuk mencari PPIH yang ada di Bir Aly. Beliau teriak teriak menggnakan Megaphone seperti pimpinan demo.
Saya tidak dapat langsung menanggapi panggilan rekan TPIHI yang mengajak berkoordinasi dengan petugas PPIH di Bir Aly untuk menyelesaikan masalah Bus 1 yang tidak boleh berangkat, karena saya fokus koordinasi menyelesaikan Bus 3 yang terserempet. saya terus saja menelpon persis seperti orang yang sedang nenelpon kekasihnya seakan nggak peduli dengan semua, Panggilan pembimbing ibadah melalui megaphone yang lalu lalang seperti kondekktur mencari penumpangpun tidak saya hiraukan, saya harus tetap memantau kondisi Bus 3 yang masih tertahan di Madinah. Saya tidak tahu bagaimana perasaan para jamaah yang berada dalam bus, mungkin mereka sedang berdzikir dan berdoa agar masalah segara usai.

Satu persoalan sudah terselesaikan, petugas sektor sudah datang ke bus 3, sopir bus dinyatakan tidak bersalah dalam insiden tersebut . Dan bus 3 pun boleh melanjutkan perjalanan. Terbayang betapa bahagianya jamaah Bus 3 yang bisa segera berangkat ke Makkah meski dengan pemberangkatan terahir.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

No comments:

Post a Comment

 
Support : Copyright © 2013. Blog Syafa'at - Semua Hak Dilindungi
Template Modify by Blogger Tutorial
Proudly powered by Blogger
T
A
'
A
F
A
Y
S
G
O
L
B