Tertahan di Bir Aly
Kita
tidak dapat mempercepat yang seharusnya lambat, ataupun memperlambat yang
seharusnya cepat, semua akan sampai pada akhirnya, begitulah yang seharusnya
terjadi, dan itulah yang terjadi. Strategipun dilaksanakan, semua petugas
menyebar sesuai kebutuhan, ketiga petugas medis berada pada bus dimana ada
jamaah Sangat Risti, dan ketua kloter berada pada Bus pertama. Agar bisa
mengatur jamaah saat berada di Makkah.
Jamaah
pun sudah masuk kedalam bus sesuai dengan rombongannya, meskipun beberapa
jamaah bingung dengan siapa dia bergabung. Hal ini karena adanya beberapa
perubahan saat terbentuknya rombongan
saat berada di Embarkasi, beberapa jamaah yang tidak dapat berangkat dan
digantikan dengan jamaah yang lain dari kloter sebelumnya mengakibatkan ketua
rombongan tidak mengenal anggotanya.meski saat cek pasport sudah disosialisasikan
kepada ketua regu dan rombongan, namun kedekatan emosional jamaah yang tidak
mau berpisah dengan jamaahnya yang sudah dianggap sangat akrab yang
mengakibatkan jamaah tersebut tidak mau dipisahkan.
Bus
bus yang dianggap cukup segera melaju menuju makkah tanpa menunggu giliran
sesuai dengan nomor urut bus, sehingga bus nomer satu yang seharusnya berisi 40
jamaah dengan 40 pasport, diisi oleh 44 orang jamaah. Perjalananpun sempat
tertahan, sedangkan bus jamaah lain
sudah mulai berangkat. Putusan cepat dilakukan oleh petugas sektor, mengingat
jalanan yang mulai padat dan klakson klakson menyalak. Bus dipersilahkan
berangkat dan akan ditats kembali saat di Bir Aly. Ketua rombonganpun juga
sudah setuju dengan penyelesaian ini, mengingat tinggal tiga bus ini yang
bermasalah dan belum berangkat. Ada jamaah Bus 2 yang seharusnya berada di Bus
3 dan Jamaah yang ada di Bus 1 yang seharusnya berada di Bus 2.
Bus
berjalan normal menuju bir Aly, tempat jamaah mengawali niat umroh, seakan
tidak ada masalah yang berarti, jamaah yang telah berpakaian Ihrom sejak berada
di Hotel Madinahpun seakan tenang menikmati perjalanan ditengah gurun batu tak
beraturan yang sangat berbeda dengan pemandangan perjalanan di Indonesia. Mereka asyik bersenda dengan
pikirannya masing masing, udara segar AC bus kontras dengan kondisi gurun tanpa
pepohonan disekitar Bir Aly membuat perjalanan serasa cepat.
Sampai
bir aly, jamaah turun dengan semangat, beda dengan ketua kloter dengan seribu
kecamuk yang siap membuyarkan konsentrasi, semua bus kloter 37 SUB hampir semua
datang, termasuk bus rombongan 2 yang seharusnya jamaahnya ditambah 4 dari
rombongan 1, sayapun menghampiri pimpinan bus rombongan 2 untuk menyampaikan
hal ini, dan beliau juga okey, sayapun bersiap sholat dua rokaat sebagaimana
jamaah haji lainnya.
Persoalan
muncul ketika ada berita dari WA bahwa bus 3 tertahan dan tak dapat melanjutkan
perjalanan karena terserempet dumtruk disekitar hotel di Madinah. Terbayang
bagaimana paniknya jamaah yang berada di bus 3, dan terbayang juga bagaimana
pikiran ketua kloter yang harus menyelesaikan dua persoalan sekaligus dalam
waktu yang sama.
Para
jamaah yang berada di Bir Aly sudah selesai mengambil miqot, dan siap untuk
berangkat, ke Makkah, begitu juga dengan jamaah bus rombongan 1 yang
seharusnya di rombongan 2 juga siap
untuk pindah. Persoalan mulai muncul ketika jamaah ditolak oleh kru bus 2 yang
merasa jamaahnya sudah sesuai dengan quota, beberapa detik kemudian bus 2 pun
meninggalkan bir aly dengan meninggalkan jamaah yang seharusnya ikut
bersamanya. Jamaahpun kembali ke bus 1 seperti semula. Saya masih sibuk berkoordinasi
dengan sektor Madinah untuk menyelesaikan persoalan tertahannya Bus 3 yang
mengalami musibah, dan tak sempat menahan Bus 2 yang seharusnya ditambah
penumpangnya sesuai dengan jumlah pasport. Terbayang bagaimana gadis kecil dan
para jamaah yang sedih gelisah karena bus tidak boleh berangkat. Sementara di
bir aly bus 1 juga tidak dapat berangkat. Saya sebagai Ketua kloter terus
berkomunikasu dengan sektor untuk menyelesaikan masalah bus 3, sementara
pembimbing ibadah juga sibuk mencari PPIH yang ada di Bir Aly. Beliau teriak teriak
menggnakan Megaphone seperti pimpinan demo.
Saya
tidak dapat langsung menanggapi panggilan rekan TPIHI yang mengajak
berkoordinasi dengan petugas PPIH di Bir Aly untuk menyelesaikan masalah Bus 1
yang tidak boleh berangkat, karena saya fokus koordinasi menyelesaikan Bus 3
yang terserempet. saya terus saja menelpon persis seperti orang yang sedang
nenelpon kekasihnya seakan nggak peduli dengan semua, Panggilan pembimbing
ibadah melalui megaphone yang lalu lalang seperti kondekktur mencari penumpangpun
tidak saya hiraukan, saya harus tetap memantau kondisi Bus 3 yang masih
tertahan di Madinah. Saya tidak tahu bagaimana perasaan para jamaah yang berada
dalam bus, mungkin mereka sedang berdzikir dan berdoa agar masalah segara usai.
Satu
persoalan sudah terselesaikan, petugas sektor sudah datang ke bus 3, sopir bus
dinyatakan tidak bersalah dalam insiden tersebut . Dan bus 3 pun boleh
melanjutkan perjalanan. Terbayang betapa bahagianya jamaah Bus 3 yang bisa
segera berangkat ke Makkah meski dengan pemberangkatan terahir.
No comments:
Post a Comment