Selamat Datang Pada BLOG SYAFA'AT semoga bermanfaat
Home » » Tertahan di Bir Aly Bagian 2

Tertahan di Bir Aly Bagian 2

Saya memandangnya dari kejauhan, seorang perempuan diatas kursi roda dengan pakaian serba putih dan wajah penuh harap. Sementara seorang perempuan yang juga berpakaian serba putih mendorongnya dari belakang, berjalan ditrotoar kota tanpa ada yang menghiraukannya. Bunyi klakson Bus dan pembawa kebisingan lalu lalang seakan tak memperdlikan peluh gadis kecil yang kelelahan. Saya ingin menggantikannya, mendorong perempuann dikursiroda, namun apalah daya ketika kuterjebak dalam kesibukan yang nyaris tak pernah habis. Aku terus memandangi gadis kecil yang manis itu, diapun membalan memandangku dan tersenyum. Sementara perempuan yang ada dikursi roda terus saja diam pasrah mencari bus yang akan menghantarkannya ketempat suci yang telah dirindukan. Kupandangi terus gadis itu yang mendorong perempuan yang kira berat badannya dua kali dibandingkan dia. Aku hanya mampu memandangnya ketika roda kursi terjebak lubang kecil jalan raya hingga perempuan diatasnya tersungkur.
Beberapa Mahasiswa Timur Tengah yang mengabdi kontrak sebagai Tenaga Musiman ( temus ) membantunya. Saya hanya memandangnya dengan diam dari atas Bus dan tak mampu untuk menolongnya. Semuanya baik baik saja hingga klakson klakson memaksa Bus kami untuk segera berangkat dari Madinah menuju Makkah. Sebetulnya saya ingin bersama gadis kecil dengan ibu diatas kursi roda, namun saya masih ragi melakukannya, karena saya merasa bahwa Bus yang kami tumpangi akan ada masalah yang tidak boleh ditinggalkan. Saya hanya menggerutu sendiri, kenapa jamaah dengan kursi roda yang kesulitan ketika harus jamaah di Masjid nabawi tersebut diberangkatkan ke Madinah ?? kenapa tidak langsung saka Ke makkah dan hanya melaksanakan Ibadah Haji tanpa Arbain ??.
Saya bertemu kembali dengan gadis kecil petugas Medis yang sudah dua kali bertugas ini sesampainya di Bir Aly setelah insiden serempetan Bus yang ditumpanginya. Tidak ada masalah Bus ini ketika sampai di Bir Aly, meski jumlah Pasport lebih banyak daripada jumlah penumpang, namun tidak demikian dengan Bus yang saya tumpangi. Karena kurannya koordinasi petugas PPIH Madinah, sehingga semua beban masalah ada dipundah petugas kloter.
Terbayang beberapa hari sebelumnya ketika saya berada di Kantor Sektor 5 Madinah, ada dua jamaah embarkasi SOC yang seharusnya berangkat ke Makkah harus dikembalikan ke Madinah, saya telah memngantisipasi jangan sampai hal ini terjadi pada kloter dimana saya dipercaya sebagai pimpinanya, atau petugas Kloter sebelumnya  yang juga harus menginap beberapa hari di Kantor Daker Madinah, sementara jamaahnya sudah berangkat ke Makkah.
Setiap Kloter mempunyai masalah yang berbeda, yang kami hadapi di Bir Aly juga tidak pernah dihadapi oleh kloter sebelumnya dimana seluruh masalah diselesaikan di Madinah sebelum berangkat. Hotel kami yang berada dokeramaian tengah kota mengakibatkan petugas PPIH Madinah melepaskan kami untuk segera berangkat dan menyelesaikan npermasalahan di Bir Aly. Padahal bongkar pasang penumpang bukan hal yang mudah dilakukan di negeri orang. Tidak seperti Mobil Travel ditanah air yang dengan mudah mengoper penumpang ditengah jalan.

Seluruh jamaah Bus berdoa, sementara saya masih disibukkan dengan loby loby kecil dengan kenek Bus dan petugas PPIH yang bertugas di Bir Aly. Saya seperti hilang tenaga. Jika harus turun dari Bus dan ditinggal, maka sayalah yang harus ditinggal, karena resiko bagi saya lebih kecil ditinggalkan dan berangkat sendiri ke Makkah dibandingkan dengan Jamaah, karena pasport saya bawa dan saya dapat ke Makkah dengan kendaraan Taksi atau lainnya, tidak demikian dengan jamaah yang pasportnya dikumpulkan di majmuah yang sudah di pak dan dibawa petugas Bus.
Sebenarnya saya sudah mengalah ketika petugas Bus menyuruh pengurangan terhadap satu orang penumpam. Mungkin saya bisa bergabung dengan gadis kecil yang mengawal perempuan berkursi roda yang baru saja datang di Bir Aly, namun loby yang dilakukan PPIH yang bertugas di Bir Aly telah menuntaskan masalahnya. Gadis kecil itu harus sendirian mengawal perempuan diatas kursi roda yang mengidap tumor kandungan.

Ahirnya kami dapat berangkat meski lebih banyak jamaah dibandingkan dengan jumlah pasport yang ada dalam Bus, karena pasport jamaah ada di Bus yang lebih dulu berangkat yang mestinya sebagian jamaah dalam Bus kami ada di Bus mereka. Kami terus berdoa sepanjang perjalanan, berharap tak ada pemeriksaan ulang diperjalanan yang mengakibatkan perjalanan kami tersendat. 
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

No comments:

Post a Comment

 
Support : Copyright © 2013. Blog Syafa'at - Semua Hak Dilindungi
Template Modify by Blogger Tutorial
Proudly powered by Blogger