Saya
memandangnya dari kejauhan, seorang perempuan diatas kursi roda dengan pakaian
serba putih dan wajah penuh harap. Sementara seorang perempuan yang juga
berpakaian serba putih mendorongnya dari belakang, berjalan ditrotoar kota
tanpa ada yang menghiraukannya. Bunyi klakson Bus dan pembawa kebisingan lalu
lalang seakan tak memperdlikan peluh gadis kecil yang kelelahan. Saya ingin
menggantikannya, mendorong perempuann dikursiroda, namun apalah daya ketika
kuterjebak dalam kesibukan yang nyaris tak pernah habis. Aku terus memandangi
gadis kecil yang manis itu, diapun membalan memandangku dan tersenyum. Sementara
perempuan yang ada dikursi roda terus saja diam pasrah mencari bus yang akan
menghantarkannya ketempat suci yang telah dirindukan. Kupandangi terus gadis
itu yang mendorong perempuan yang kira berat badannya dua kali dibandingkan
dia. Aku hanya mampu memandangnya ketika roda kursi terjebak lubang kecil jalan
raya hingga perempuan diatasnya tersungkur.
Beberapa
Mahasiswa Timur Tengah yang mengabdi kontrak sebagai Tenaga Musiman ( temus )
membantunya. Saya hanya memandangnya dengan diam dari atas Bus dan tak mampu
untuk menolongnya. Semuanya baik baik saja hingga klakson klakson memaksa Bus
kami untuk segera berangkat dari Madinah menuju Makkah. Sebetulnya saya ingin
bersama gadis kecil dengan ibu diatas kursi roda, namun saya masih ragi
melakukannya, karena saya merasa bahwa Bus yang kami tumpangi akan ada masalah
yang tidak boleh ditinggalkan. Saya hanya menggerutu sendiri, kenapa jamaah
dengan kursi roda yang kesulitan ketika harus jamaah di Masjid nabawi tersebut
diberangkatkan ke Madinah ?? kenapa tidak langsung saka Ke makkah dan hanya
melaksanakan Ibadah Haji tanpa Arbain ??.
Saya
bertemu kembali dengan gadis kecil petugas Medis yang sudah dua kali bertugas
ini sesampainya di Bir Aly setelah insiden serempetan Bus yang ditumpanginya. Tidak
ada masalah Bus ini ketika sampai di Bir Aly, meski jumlah Pasport lebih banyak
daripada jumlah penumpang, namun tidak demikian dengan Bus yang saya tumpangi. Karena
kurannya koordinasi petugas PPIH Madinah, sehingga semua beban masalah ada
dipundah petugas kloter.
Terbayang
beberapa hari sebelumnya ketika saya berada di Kantor Sektor 5 Madinah, ada dua
jamaah embarkasi SOC yang seharusnya berangkat ke Makkah harus dikembalikan ke
Madinah, saya telah memngantisipasi jangan sampai hal ini terjadi pada kloter
dimana saya dipercaya sebagai pimpinanya, atau petugas Kloter sebelumnya yang juga harus menginap beberapa hari di
Kantor Daker Madinah, sementara jamaahnya sudah berangkat ke Makkah.
Setiap
Kloter mempunyai masalah yang berbeda, yang kami hadapi di Bir Aly juga tidak
pernah dihadapi oleh kloter sebelumnya dimana seluruh masalah diselesaikan di
Madinah sebelum berangkat. Hotel kami yang berada dokeramaian tengah kota
mengakibatkan petugas PPIH Madinah melepaskan kami untuk segera berangkat dan
menyelesaikan npermasalahan di Bir Aly. Padahal bongkar pasang penumpang bukan
hal yang mudah dilakukan di negeri orang. Tidak seperti Mobil Travel ditanah
air yang dengan mudah mengoper penumpang ditengah jalan.
Seluruh
jamaah Bus berdoa, sementara saya masih disibukkan dengan loby loby kecil
dengan kenek Bus dan petugas PPIH yang bertugas di Bir Aly. Saya seperti hilang
tenaga. Jika harus turun dari Bus dan ditinggal, maka sayalah yang harus
ditinggal, karena resiko bagi saya lebih kecil ditinggalkan dan berangkat
sendiri ke Makkah dibandingkan dengan Jamaah, karena pasport saya bawa dan saya
dapat ke Makkah dengan kendaraan Taksi atau lainnya, tidak demikian dengan
jamaah yang pasportnya dikumpulkan di majmuah yang sudah di pak dan dibawa
petugas Bus.
Sebenarnya
saya sudah mengalah ketika petugas Bus menyuruh pengurangan terhadap satu orang
penumpam. Mungkin saya bisa bergabung dengan gadis kecil yang mengawal perempuan
berkursi roda yang baru saja datang di Bir Aly, namun loby yang dilakukan PPIH
yang bertugas di Bir Aly telah menuntaskan masalahnya. Gadis kecil itu harus
sendirian mengawal perempuan diatas kursi roda yang mengidap tumor kandungan.
Ahirnya
kami dapat berangkat meski lebih banyak jamaah dibandingkan dengan jumlah
pasport yang ada dalam Bus, karena pasport jamaah ada di Bus yang lebih dulu
berangkat yang mestinya sebagian jamaah dalam Bus kami ada di Bus mereka. Kami terus
berdoa sepanjang perjalanan, berharap tak ada pemeriksaan ulang diperjalanan
yang mengakibatkan perjalanan kami tersendat.
No comments:
Post a Comment