Selamat Datang Pada BLOG SYAFA'AT semoga bermanfaat
Home » » Maaf, Kami Melanggar Lagi

Maaf, Kami Melanggar Lagi

Maaf ; Kami melanggar Lagi

Saya menunggu tumpukan Tas Jamaah yang telah kembali ke Hotel karena Nafar Awal, yakni Melontar Jumroh pada tanggal 10, 11 dan 12 Dzulhijah, sedangkan saya dan Mas Hari Santoso ( Paramedis ) masih berada di Tenda Mina di Muzdalifah menunggu 70 orang jamaah yang melaksanakan nafar Tsani ( Melontar jumroh hingga tanggal 13 Dzulhijah ). Tas jamaah masih berada di Tenda karena akan diangkut tersendiri oleh petugas maktab. Hal ini dilakukan dengan mengingat usia Jamaah banyak yang sudah udzur, sehingga lebih baik berangkat ke Hotel tanpa membawa tas tenteng.
Kebijakan pemerintah Indonesia dalam pelaksanaan Ibadah Haji melaksanakan kegiatan Nafar Tsani, sehingga saat team kloter dikumpulkan di sektor untuk mendapatkan penjelasan masalah ini, dihimbau agar semua jamaah melaksanakan Nafar Tsani bersama team kloter, dan apabila ada yang melaksanakan Nafar Awal maka tidak didampingi oleh team kloter.
Kondisi kesehatan jamaah yang semakin menurun ditambah dengan wafatnya dua orang jamaah di tenda Mina mengakibatkan saya dan team kloter untuk melanggar himbauan saat di sektor, bagi kami keselamatan jamaah adalah segalanya. Walaupun jamaah yang wafat tersebut mulai awal memang sudah sakit, bahkan ada satu jamaah yang sakit hingga harus di infus di Mina dengan mengingat jamaah tersebut tidak dapat istirahan dan tidak dapat tidur dalam tenda juga sudah kembali ke hotel sehari sebelumnya, melontar jumroh juga dari hotel.
Hari pertama berada di tenda Mina, satu orang jamaah yang sudah udzur dan sakit sejak menginjakkan kaki di Madinah. Beberapa jamaah juga harus mendapatkan perawatan dari team medis, sehingga dalam pelaksanaan Melontar jumroh, team medis diwakili oleh salah satu petugas yang mengawal jamaah ke Jamarot. Sebenarnya saya dan Dokter Idha Prasetyawati ( Dokter Kloter ) tiap malam ke dekat Jamarot, namun kami tidak melanjutkan melontar jumroh.  Padahal kami sudah berada sekitar 50 meter dari terowongan Mina, karena keperluan kami ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia di Mina, untuk menyelesaikan administrasi Jamaah yang wafat. Bahkan saya tidak sempat mengunjungi adik saya yang juga melaksanakan Ibadah Haji melalui Negara Jepang karena mendapatkan bea siswa strata dua yang maktabnya berada di seberang KKHI Mina.
Suatu saat saya sudah berada Di KKHI Mina untuk menyelesaikan jamaah yang wafat di Tenda Mina, semula jamaah ini sudah kami bawa ke KKHI, namun dikembaalikan di tenda dengan mengingat kapasitas KKHI yang sudah sangat padat, dan jamaah ini dapat dirawat di tenda, namun sudah menjadi takdirnya, beberapa saat berada di tenda, jamaah ini meninggal dunia. Saya beberapa jam lamanya berada di KKHI Mina, menunggu Dokter Idha Prasetyowati yang masih berada di KKHI Makkah karena harus mengawal jamaah yang dirawat disana. Saya sempat bertemu dengan dua orang Indonesia yang berasal dari wilayah Jawa Tengah yang trterpisah dari rombongannya. Saya mencoba melihat gelang monel yang dikenakannya. Saya merasa aneh dengan gelang yang tidak sama dengan jamaah haji Indonesia pada umunya, maksud saya untuk menolong jamaah tersebut untuk menemukan kelompoknya. Setelah saya berbincang lebih lanjut terungkap bahwa  kedua orang tersebut berangkat dengan visa dan melalui Philipina.Berbagai cara dilakukan oleh Umat Islam yang sangat rindu dengan Baitullah, meski dengan cara yang tidak benar dan membahayakan keselamatan jiwanya. Sebagian mereka tidak tahu bahwa yang dilakukannya sangatlah beresiko.
Bagi kami kelelahan dalam menjalankan tugas Armina sebanding dengan kenikmatan pengalaman yang mungkin hanya kami lalui sekali sepanjang hidup kami, mungkin sebanding dengan kelelahan dan kenikmatan saat melakukan hubungan suami istri. Kami menikmatinya, meski mungkin saat ditanah air tidak dapat bercerita secara detail bagaimana jamarat, bagaimana Jabal Rahmah atau Goa Hiro dan Goa Tsur namun kami yakin bahwa Tuhan akan menggantikannya dengan yang lebih Indah. Setiap orang mempunyai jalan cerita yang berbeda, tentunya hanya beberapa orang saja yang tahu bahwa di Arofah ada Rumah Sakit yang hanya beroperasi di Musim Haji dengan fasilitas yang lengkap, tidak semua petugas haji tahu bahwa di Mina ada tempat khusus untuk menampung jenazah jamaah haji yang wafat di Mina sebelum di Sholatkan di Masjidil Haram dan dimakamkan di makkah.

Pada awalnya kami sepakat bahwa apabila jamaah melakukan Nafar Awal, maka kami petugas kloter tetap akan melakukan Nafar Tsani, namun melihat kondisi Jamaah yang perlu pendampingan, terlebih sebagian besar melakukan nafar awal, dan hanya 70 jamaah yang tersisa, maka hanya saya sebagai Ketua Kloter dan Mas Hari Santoso sebagai Paramedis yang Nafar Tsani, bagi kami ini adalah hal yang realistis untuk dilakukan.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

No comments:

Post a Comment

 
Support : Copyright © 2013. Blog Syafa'at - Semua Hak Dilindungi
Template Modify by Blogger Tutorial
Proudly powered by Blogger
T
A
'
A
F
A
Y
S
G
O
L
B