Di Madinah Petugas Tidak Dapat Kamar Hotel.
Rencana mulai
dari tanah air sudah sangat matang, bahwa sesampai di Madinah saya harus
mengambil satu kunci kamar Hotel untuk team kloter, untuk selanjutnya semua
saya serahkan ke Jamaah agar dibagi sendiri oleh ketua rombongannya masing
masing. Hal ini saya rencanakan dengan pertimbangan bahwa team kloter perlu
satu kamar khusus untuk melayani jamaah, dan agar lebih mudah untuk koordinasi,
dan mudah pula apabila ada yang ingin mendapatan layanan kesehatan.
Kelelalahan
saat beraada di Embarkasi dengan banyaknya masakllah jamaah risti serta
beberapa jamaah yang harus ditunda keberangkatannya, ditambah lagi harus
merawat jamaah yang sesak nafas ketika dipesawat mengakibatkan kelelahan akut
ketika pertama kali berada di madinah. Ketia beberapa saat berada di Loby
hotel, seakan semua rencana buyar tanpa mengingat apapun, bahkan untuk
mengambil satu kunci untuk team kloterpun tidak kesampaian, saya hanya menanda
tangani MoU penempatan jamaah dalam di hotel tersebut untuk 350 orang dan 150
orang lainnya di hotell yang berbeda. Saya juga harus menanda tangani Bayan
Tarkhil tanda dimulainya hitungan Sholat Arbain di Masjid Nabawi, sehingga
dapat dipastikan kapan jamaah kami akan meninggalkann hotel untuk kemudian
menuju Makkah.
Saya baru
sadar bahwa Team Kloter belum dapat kunci kamar ketika semuanya sudah usai,
sayapun juga heran, mengap[a hal ini bisa terjadi ?? dan mengapa pula kami
semua tidak ingat bahwa kami juga harus mendapatkan kunci kamar terlebih dahulu
sebelum membagikan ke jamaah seperti rencana kami, ?? . hari itu yang terpikir
hanyalan bagaimana para jamaah mendapatkan tempat beristirahat tanpa memikirkan
bagaimana nasib team Kloter. Dan sesuai dengan MoU yang saya tanda tangani, mestinya
ada satu kamar untuk team kloter.
Beberapa Kopor
Jamaah yang belum ditemukan mengakibatkan kita fokus untuk menemukan dimana
kopor kopor tersebut yang tidak tepat saat pengangkutan dari bandara ke Hotel,
bahkan ada kopor yang terangkut ke kloter lain, hal ini mengakibatkan saya tidak
begitu konsentrasi untuk menemukan dimana tempat tidur yang kosong yang bisa
ditempati oleh Team kloter dari tiga hotel yang disediakan PPIH. Rasanya sangat
lama jika harus meneliti kamar perkamar dari tiga hotel tersebut. Yang terpenting
untuk sementara ada tempat tidur untuk semua jamaah termasuk team kloter
meskipun harus berbagi.
Penghitungan
jumlah jamaah paling cepat saya lakukan dengan melihat daftar pengambilan
catering oleh ketua regu dan rombongan, dan dapat diketahui ternyata dua hotel
yang seharusnya diisi 350 jamaah diisi dengan 355 jamaah, serta satu hotel yang
seharusnya diisi oleh 150 jamaah hanya diisi dengan 135 jamaah. Hal ini
mengakibatkan adanya kamar tidur hotel yang mestinya diisi dengan lima jamaah,
harus diisi dengan 6 sampai tujuh jamaah. Sebab mengevakuasi jamaaah ketempat
yang baru bukan hal yang mudah, terlebih di Madinah hanya 8 hari saja, dan
jamaah sudah enjoy meski tempat tidur harus berbagi.
Penataan
jamaah agar ada satu kamar yang dapat ditempati oleh Team Medispun dapat
dilakukan, meski harus rapat dengan ketua rombongan hingga tengah malam,
bersyukur jamaah sangat pengertian dengan kebutuhan layanan jamaah yang mengharuskan
team medis dalam satu kamar.
Penempatan
jamaah dalam satu kloter pada tiga hotel yang berbeda membuaat kami harus berfikir
ekstra bagaimana mengatur jamaah agar semuanya kebagian kamar dan para jamaah
tidak terpisah dalam satu rombongan. Untungnya dua hotel hanya dipisahkan
dengan tembok pembatas, namun hotel yang satunya sedikit agak jauh, sehingga
butuh sedikit tenaga ketika kami harus visitasi. Belum lagi penempatan jamaah
Risti dan pemakai kursi roda yang butuh perhatian khusus yang hotelnya terpisah
dari Hotel team medis.
No comments:
Post a Comment