Wudlu di Wastafel
Bisa
dibayangkan bagaimana Ibu Ibu berwudlu du Wastafel, mungkin hanya terlihat seperti
orang mencuci wajah biasa, namun bagaimana saat ingin mencuci kakinya,
sedangkan tidak ada gayung untuk menampung air, pastinya kakinya akan diangkat
dan dimasukkan diatas wastafel. Saya tidak dapat membayangkan jika yang
berwullu masih muda dengan kaki jenjang yang putih mulus dan harus diangkat ke
wastafel, terlihat seperti peragawati yang action di calkwalk. Dan bagaimana
pula dengan ibu ibu yang perawakannya tidak terlalu tinggi, sedangkan standart
wastafel yang digunakan adalah standard timur tengah.
Mengangkat
kaki ke wastafel mungkin bisa diabadikan dalam karya seni baik kanvas maupun
phothografy, kakai kaki yang diatas wastafel jika tidak terbiasa mungkin bisa
terjengkang, terlebih bisa masih berpakaian ikhram yang akan memperlihatkan
aurat yang sebenarnya tidak boleh terlihat, meski sedang melaksanakan wudlu,
namun beberapa jamaah seolah mengabaikan masalah tersebut, mereka tidak
menyadarinya bahwa yang dilakukannya bisa mengakibatkan mereka harus membayar
Dam.
Banyak
yang berwudlu dikamar kecil menggunakan kran semprot, namun bagi yang tidak
terbiasa akan basah kuyub, karena tekanan air semprot yang begitu kencangnya,
dan lagi juga tidak terlalu nyaman untuk berwudlu deakat closed, namun bagi Ibu
ibu ini merupakan pilihan terbaik daripada harus di wastafel, sebagian sudah
berwudlu di kamar mandi yang ada di masing masing kamar sebelum ke Musholla,
namun juga ada yang di Wastafel dan Kamar mandi yang ada di ruangan yang
dipergunakan untuk Musholla. Meskipun kamar mandi dipisah antara laki laki dan
perempuan, namun bagi Ibu ibu juga kurang nyaman jika harus wudlu di wqstafel,
bagaimanapun kita harus mengangkat kaki keatas wastafel dan sebenarnya menurut
adat ketimuran itu adalah perbuatan yang kurang sopan.
Sepertinya
suatu hal yang aneh jikia ada Ruangan untuk Musholla, tetapi tidak disediakan
tempat wudlu secara permanen, apalai hotel ini hampir setiap tahun
dipergunakian untuk menginap jamaah haji, terlebih di Negara Saudi Arabia yang
seratus persen penduduknya beragama Islam dan menerapkan syariat Islam, namun
inilah fakta unik yang ditemui, entahlah ruangan apa sebenarnya yang
difungsikan sebagai Musholla ini, mungkin sehari harinya ruangan ini untuk
ruang pertemuan, karena ada beberapa ruangan kecil yang sepertinya adalah
ruangan kantor, namun beberapa hotel yang dipergunakan untuk mnginap oara
jamaah rata rata sam, yakni tidak ada tempat khusus untuk wudlu.
Beberapa
Hotel di Indonesia juga menyediakan ruangan khusus untuk Musholla dan
disediakan juga tempat wudlu, sehingga kaki kaki tidak perlu naik derajat
diatas wastafel, meskipun Musholla tersebut kadang hanya berupa ruangan yang
tidak terlalu besar dan hanya muat beberapa orang saja, biasanya di kamar tidur
juga diberi petunjuk arah kiblat. Meskipopun dizaman digital sekarang ini
tidaklah terlalu sulit untuk menentukan arah kiblat, karena beberapa aplikasi
dalam android juga menyediakan fasilitas arah kiblat dan jadwal waktu sholat.
Kondisi
darurat mengakibatkan kita melakukan tindakan yang tidak biasanya, kebiasaan
yang berbeda mengakibatkan kita juga masih merasa agak canggung untuk
melakukannya, seperti tempat wudlu yang menggunakan tempat duduk, sehingga kita
yang biasanya berwudlu sambil membungkuk, karena disediakan tempat duduk, maka
kita juga mencoba berwudlu sambil duduk, walau kadangkala kita lebih enjoy jika
berwudlu sambil sedikit membungkukkan badan.
Kita
tidak dapat berbuat banyak selain mehgikuti yang sudah ada, Imam Sholatpun harus
kita yang menentukan giliran, dari kloter mana yang harus menjadi Imam atau
memberikan tausiyah, karena di hotel ini ada enam kloter dari daerah yang
berbeda yang menjadi penghuninya. Biasanya kita menunju pembimbing Ibadah dan
Ketua KBIH untuk bergantian mrmberikan tausiyah.
No comments:
Post a Comment