
Jarak
Hotel ke Kantor sektor tidaklah terlalu jauh, tidak lebih dari satu kilometer.
Perjalanan yang harus dilakukan untuk laporan harian tentang kondisi jamaah
tidaklah menyita banyak tenaga, anggap saja mengenang saat masih kecil pergi ke
Madrasah dengan jarak sekitar satu kilometer juga selalu jalan kaki, maklumlah
saat itu tidak ada yang mempunyai sepeda onthel, meskipun dirumah ada, namun
itu adalah satu satunya yang dipunyai Bapak untuk keperluan sehari hari,
seragampun juga nggak pakai sepatu, sehingga saat pulang sekolah sekitar tengah
hari kami yang saat itu berjalan ramai ramai selalu menhindari jalan aspal,
perjalanan yang kami lakukan begitu menyenangkan, selalu ada cerita disetiap
kami melakukan perjalanan baik berangkat maupun pulang. Biasanya kami berangkan
selaku rombongan, laki laki sendiri sedangkan perempuan juga sendiri. Pernah
suatu hari saya pulang agak telat karena harus mengerjakan tugas dikelas, kebetulan
teman teman sudah pulang duluan, saat saya menyusul pulang, kebetulan bersamaan
dengan temanku yang kebetulan berjenis kelamin perempuan. Wajahnya cukup
lumayan cantik, dia anak kiyai dipondok pesantren, kami terpaksa pulang
bersama, dan sepanjang perjalanan kami tidak saling berbicara, dia berjalan
didepan, dan saya dibelakangnya. Meski cara berjalannya sama dengan saat Nabi
Musa As mengantar perempuan pengembala pulang ke rumahnya Yakni Putri Nabi
Syueib yang sebelumnya dibantu saat berdesakan memberi munim gembalaannya yang
kemudian menjadi isterinya , namun niatnya sangat berbeda, kalau Nabi Musa As
menyuruh perempuan pengembala berada di depan demngan jarak beberapa meter agar
tidak digida nafsu setan, saya melakukan berjalan perjalanan dengan teman
perempuan saya berada di depan karena kami sama sama malu untuk bertegur sapa
antara laki laki dan perempuan meski kami setiap hari berada dalam satu kelas
yang sama. Itupun esok harinya saya di olok olok habis habisan oleh teman
teman.maklumlah dengan zaman tahun tujuh puluhan, anak anak di olok olok dengan
mengatakan saya pacarnya anak pak kiyai saja sudah marah marah, padalah hanya
kebetulan pulang bersama dan itupun berjalannya dengan jarak beberapa meter.
Gedung
gedung yang sebagian besar adalah bangunan hotel mempunyai corak bangunan dan
warna yang hampir sama, begitupun dengan nama gedung dimaksud, untuk
menghindari udara panas, saya berjalan disepanjang trotoar sambil sesekali
menyemprotkan zamzam kewajah yang terutama disekitar lubang hidung,kacamata
hitam yang kubeli sebelum berangkat sangat membantu untuk mengurangi silau
terik matahari yang membuat mata perih, mungkin hanya belum terbiasa dengan
suhu udara ekstrim, sehingga perlu kacamata dan masker. Untung saja saat di
embarkasi kita dapat masker yang cukup dan botol semprotan air, sehingga kita
diperjalanan dapat menyemprotkan zam zam ke wajah yang sesekali kita meminumnya
dari botol semprotan tersebut. Saya sangat kebingungan ketika keluar lupa
membawa masker, deadline melaporkan kondisi jamaah setiap hari Pukul 02 AM
Waktu Arab Saudi mengakibatkan kita tergesa untuk segera ke Kantor Sektor.
Meski banyak gedung gedung tinggi yang sebagian besar diatas sepuluh lantai,
tidak mampu mengurangi panasnya sengatan matahari, maklumlah suhu udara Kota
madinah sangat minim kadar air, sehingga kita harus bersahabat dengan terik dan
angin yang panas. Berjalan kaki menyusuri jalanan yang diapit gedung menjulang
tidak jarang membuat kita salah arah saat akan kembali ke hotel.
Sudah
beberapa kali saya sendirian ke Kantor Sektor, kadangkala pulang dari sektor
dengan membawa jamaah tua yang tersesat dan oleh petugas Tenaga Musiman di antar
ke sektor. Hari itu saya sendirian. Jarak jalan dari sektor ke hotel tak
sepanjang lamunan, beberapa perempatan yang harus kita lalui membuat kita harus
cermat, pada perempatan mana kita harus berbelok, dan saat itu saya salah arah
sehingga menuju ke sebuah tempat yang nampak asing, saya berusaya berfikir
jernih dan menjari jalan yang benar, namun semua nampak sama, semua seperti
jalan yang benar, mungkin hanya hidayah yang benar benar membawa ke jalan yang
benar. Saya duduk diam di trotoal, membayangkan bagaimana orang orang tua itu
tersesat, dan memang pantas jika para orang yang tidak bisa membaca atau tidak
menghafal jalan ketika dia pergi maka dia akan kesulitan mencari jalan pulang.
Sangat
tidak lucu jika ketua kloter tersesat dan tidak tahu jalan pulang, kenapa juga
saya tidaak menandai lokasi di google maps agar mudah mencarinya. Saya amati
orang orang yang lalu lalang, dan saya ikuti orang orang yang berjalan menuju
masjid, menara masjid tertutup dengan tingginya bangunan, dan belum ada jamaah yang
tersesat ketika menuju masjid.
No comments:
Post a Comment