Selamat Datang Pada BLOG SYAFA'AT semoga bermanfaat
Home » » Kuantar Engkau ke Surga

Kuantar Engkau ke Surga

Mata barusaja terpejam, ketika rekan tim kesehatan mengabarkan bahwa baru saja visitasi jamaah laki laki yang mengalami demensia. Sebagaimana jamaah yang mengalami demensia sebelumnya, jamaah ini juga ingin pulang ke rumahnya di Muncar, rupanya dia sangat rindu dengan deru ombak dan sampan kesayangannya. Dia lupa bahwa sekarang sudah berada di makkah dan beberapa hari lagi akan ke Arofah. Saya memendam tanda tanya, siapakah jamaah ini, dengan mengingat saya juga dari Muncar, dengan demikian maka jamaah ini satu Kecamatan dengan saya, saya ingin menjenguknya, barangkali saya bisa sebagai teman untuk bicara, mungkin dengan berbicara tersebut bebannya akan berkurang. Sayapun datang ke kamarnya.
Nampak lelaki tua tersebut diam saja ketika saya mendatanginya, istrinya yang sabat memnyuapi dengan makanan sereal, sementara di bed lainnya nampak lelaki lain yang sepertinya sedang sakit dan berbaring, dia satu kampung dengan lelaki yang mengalami demensia tersebut, mereka adalah orang orang laut, saya paham betul dengan kehidupan mereka, karena ruham saya hanya dua kilometer dari pelabuhan penangkapan ikan. Saya sering ke pelabuhan, entah untuk mencari ikan dipasar maupun sekedar rekreasi bersama istri. Beberapa hari sebelum keberangkatan ke tanah suci, saya juga sempat ke pelabuhan terbesar di Indonesia tersebut, sekedar berlibur berdua dengan ibu dari anak anakku, dia paling senang pergi kelaut, meski tidak dapat berenang, melihat nelayan pulang dari melaut dengan segudang ikan yang siap mengisi kebuituhan puluhan pabrik pengolahan ikan yang ada disana.
Saya mulai memperkenalkan diri dan ngobrol banyakj hal dengan lelaki yang mengalami demensia ini yang diketahui bernama Pak Joko, saya tahu bagaimana kondisi orang orang laut tersebut, saya sudah belasan kali menjadi panitia manasik haji di daerah tersebut, sedikit banyak saya mengetahui karakter orang orang tersebut. Saya berbicara dengan sedikit dibumbui nasehat, dan Pak Joko sepertinya memperhatikannya, begitu juga dengan lelaki di sebelahnya yang sedari tadi tertidur, sekarang mulai duduk dan mendengarkan saya bicara. Kitapun ngobrol banyak hal. Saya meninggalkan kamar mereka, membiarkan mereka menikmati istirahat di kamarnya.
Saya kaget keesokan harinya karena lelaki yang bersama Pak Joko sesaknya kambuh, Tim medis membawa yang bersangkutan ke KKHI Makkah, sejak di Madinah orang ini mengalami sesak nafas, dia perokok berat hingga di tanh sucipun juga membawa rokok yang cukup untuk 42 hari, rekan medis sudah mengingatkan agar mengurangi merokok, namun sepertinya beliau tidak dapat mengurangi dengan sepenuh hati, meski rokok bukan satu satunya penyebab orang sakit. Saya sedikit merasa tenang karene pasien sudah dirujuk di Rumah Sakit Arab Saudi Al Noor. Saya berharap jamaah tersebut dapat segera sembuh dan dapat melanjutkan kegiatan ke Arofah yang beberapa hari akan dilaksanakan.
Kabar duka itu ahirnya datang juga dari Ayyub, Orang Maktab Ganteng yang pandai berbahasa Indonesia, beberapa Jamaah perrempuan sempat terpesona dengan Ayyub yang tampannya hampir senilai dengan ketua kloter ini. Ayyub memang paling cepat memberikan kabar dari jamaah yang dirawat dirumah sakit, dia selalu update kondisi jamaah disana. Sayapun segera menghubungi Istri dari Jamaah yang meninggal tersebut, meski saya tidak menyampaikan secara langsung, saya mengajaknya untuk menjenguk suaminya yang dirawat dirumah sakit. Kami tahu bahwa beliau mungkin akan shok jika kami langsung memberitahukannya, saya dan rekan medis mengajaknya ke KKHI, karena kami tidak dapat langsung ke Rumah sakit tanpa pengantar dari KKHI.
Saya mengajak jamaah Sholat Maghrib di KKHI, meski beliau mungkin bertanya tanya, mengapa belum juga bertemu dengan suaminya, namun saya tetap meyakinkan bahwa setelah sholat beliau akan bertemu dengan suaminya. Saya dan dokter Idha mengurus Administrasi, sementara istri dari almarhum saya persilahkan makan nasi kotak yang disediakan KKHI, saya belum memberitahukan kematian suaminya sampai beliau menghabiskan makanannya. Lama juga Ibu ini menghabiskan makanannya, mungkin pikirannya nggak jenak karena belum dapat kabar yang pasti meski sudah di KKHI, saya membunuh waktu dengan ngobrol dengan Mbak Lusi, perawat tetangga desa yang kebetulan bertugas di KKHI Makkah, Janda Cantik dan energik ini seperti tidak ada waktu untuk sekedar ngobrol, maklumlah begitu banyak jamaah yang sakit yang butuh penanganan dengan segera, petugas KKHI seakan tidak boleh beristirahat sedetikpun.

Saya menyampaikan kabat duka kematian ini kepada istri alharhum setelah hampir separuh makanan ibu ini tertelan, dan meski dengan berlinang air mata, Ibu ini dapat menerimanya, meski dia ragu tentang p[enguburan jebazah suaminya, hal ini berkaiotan dengan kabar burung dari orang orang yang tidak bertanggung jawab yang menyampaikan bahwa jenazah yang wafat di Saudi Arabia tidak dikuburkan sebagaimana di Indonesia, jenazah tersebut konon hanya dibungkus dan ditumpuk beberapa jenazah dalam lubang pemakaman. Saya meyakinkan ibu ini bahwa pemakaman disini sama dengan di tanah air, bahkan orang yang wafat dalam rangka menjalankan Ibadah Haji di jamin masuk surga, disholatkan di Masjidil haram dengan jutaan jamaah.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

No comments:

Post a Comment

 
Support : Copyright © 2013. Blog Syafa'at - Semua Hak Dilindungi
Template Modify by Blogger Tutorial
Proudly powered by Blogger