Mata
barusaja terpejam, ketika rekan tim kesehatan mengabarkan bahwa baru saja
visitasi jamaah laki laki yang mengalami demensia. Sebagaimana jamaah yang
mengalami demensia sebelumnya, jamaah ini juga ingin pulang ke rumahnya di
Muncar, rupanya dia sangat rindu dengan deru ombak dan sampan kesayangannya. Dia
lupa bahwa sekarang sudah berada di makkah dan beberapa hari lagi akan ke Arofah.
Saya memendam tanda tanya, siapakah jamaah ini, dengan mengingat saya juga dari
Muncar, dengan demikian maka jamaah ini satu Kecamatan dengan saya, saya ingin
menjenguknya, barangkali saya bisa sebagai teman untuk bicara, mungkin dengan
berbicara tersebut bebannya akan berkurang. Sayapun datang ke kamarnya.
Nampak
lelaki tua tersebut diam saja ketika saya mendatanginya, istrinya yang sabat
memnyuapi dengan makanan sereal, sementara di bed lainnya nampak lelaki lain yang
sepertinya sedang sakit dan berbaring, dia satu kampung dengan lelaki yang mengalami
demensia tersebut, mereka adalah orang orang laut, saya paham betul dengan
kehidupan mereka, karena ruham saya hanya dua kilometer dari pelabuhan
penangkapan ikan. Saya sering ke pelabuhan, entah untuk mencari ikan dipasar
maupun sekedar rekreasi bersama istri. Beberapa hari sebelum keberangkatan ke
tanah suci, saya juga sempat ke pelabuhan terbesar di Indonesia tersebut,
sekedar berlibur berdua dengan ibu dari anak anakku, dia paling senang pergi
kelaut, meski tidak dapat berenang, melihat nelayan pulang dari melaut dengan
segudang ikan yang siap mengisi kebuituhan puluhan pabrik pengolahan ikan yang
ada disana.
Saya
mulai memperkenalkan diri dan ngobrol banyakj hal dengan lelaki yang mengalami
demensia ini yang diketahui bernama Pak Joko, saya tahu bagaimana kondisi orang
orang laut tersebut, saya sudah belasan kali menjadi panitia manasik haji di
daerah tersebut, sedikit banyak saya mengetahui karakter orang orang tersebut. Saya
berbicara dengan sedikit dibumbui nasehat, dan Pak Joko sepertinya
memperhatikannya, begitu juga dengan lelaki di sebelahnya yang sedari tadi
tertidur, sekarang mulai duduk dan mendengarkan saya bicara. Kitapun ngobrol
banyak hal. Saya meninggalkan kamar mereka, membiarkan mereka menikmati
istirahat di kamarnya.
Saya
kaget keesokan harinya karena lelaki yang bersama Pak Joko sesaknya kambuh, Tim
medis membawa yang bersangkutan ke KKHI Makkah, sejak di Madinah orang ini
mengalami sesak nafas, dia perokok berat hingga di tanh sucipun juga membawa
rokok yang cukup untuk 42 hari, rekan medis sudah mengingatkan agar mengurangi
merokok, namun sepertinya beliau tidak dapat mengurangi dengan sepenuh hati,
meski rokok bukan satu satunya penyebab orang sakit. Saya sedikit merasa tenang
karene pasien sudah dirujuk di Rumah Sakit Arab Saudi Al Noor. Saya berharap
jamaah tersebut dapat segera sembuh dan dapat melanjutkan kegiatan ke Arofah
yang beberapa hari akan dilaksanakan.
Kabar
duka itu ahirnya datang juga dari Ayyub, Orang Maktab Ganteng yang pandai
berbahasa Indonesia, beberapa Jamaah perrempuan sempat terpesona dengan Ayyub
yang tampannya hampir senilai dengan ketua kloter ini. Ayyub memang paling
cepat memberikan kabar dari jamaah yang dirawat dirumah sakit, dia selalu
update kondisi jamaah disana. Sayapun segera menghubungi Istri dari Jamaah yang
meninggal tersebut, meski saya tidak menyampaikan secara langsung, saya
mengajaknya untuk menjenguk suaminya yang dirawat dirumah sakit. Kami tahu
bahwa beliau mungkin akan shok jika kami langsung memberitahukannya, saya dan
rekan medis mengajaknya ke KKHI, karena kami tidak dapat langsung ke Rumah
sakit tanpa pengantar dari KKHI.
Saya
mengajak jamaah Sholat Maghrib di KKHI, meski beliau mungkin bertanya tanya,
mengapa belum juga bertemu dengan suaminya, namun saya tetap meyakinkan bahwa
setelah sholat beliau akan bertemu dengan suaminya. Saya dan dokter Idha
mengurus Administrasi, sementara istri dari almarhum saya persilahkan makan nasi
kotak yang disediakan KKHI, saya belum memberitahukan kematian suaminya sampai
beliau menghabiskan makanannya. Lama juga Ibu ini menghabiskan makanannya,
mungkin pikirannya nggak jenak karena belum dapat kabar yang pasti meski sudah
di KKHI, saya membunuh waktu dengan ngobrol dengan Mbak Lusi, perawat tetangga
desa yang kebetulan bertugas di KKHI Makkah, Janda Cantik dan energik ini
seperti tidak ada waktu untuk sekedar ngobrol, maklumlah begitu banyak jamaah
yang sakit yang butuh penanganan dengan segera, petugas KKHI seakan tidak boleh
beristirahat sedetikpun.

No comments:
Post a Comment