Sempat
terrfikir dihati ini, alangkah senangnya jamaah yang meninggal ditanah suci
pada musim haji, berjuta juta jamaah yang mensholatkan didepan ka’bah. Sunggung
mungkin hanya ada di masjidil hatam saja jenazah disholatkan oleh jutaan orang.
Sangat jauh dikampung dimana jika ada orng yang meninggal, meskipun yang datang
takziyah banyak, tetapi sangat sedikit yang mensholatkan, itupun dilakukan
didalam rumah, sangat jauh dengan di Masjidil haram dan Masjid nabawi yang di
Sholatkan setelah usai sholat fardlu.
Rasanya
ingin juga di sholatkan seperti itu, dengan jutaan orang yang berhati tuluis
mensholatkan jenazah yang wafat dalam rangka melaksanakan rukun Islam yang
terahir. Namun mengingat usia yang masih muda, anak nak yang masih membutuhkan
kasih sayang, istri yang masih terlihat cantik yang menunggu dengan untaian
doa keselamatan suaminya yang sedang bertugas dari rumah, belum siap saya jika harus meninggalkan dunia ini sekarang. meski dijamin masuk surga, meski mendapatkan jasa raharja, kecuali takdir memang menggariskan demikian.
Saya yakin masih banyak orang yang memimpikan dan berdoa agar bisa meninggal saat menjalankan Ibadah Haji, namun tidak semua orang yang berdoa tersebut dikabulkan, dan rata rata jamaah saya yang meninggal memang berdoa agar bisa meninggal dalam melaksanakan Ibadah haji, entahlah ada rahasia tersembuunyi sehingga kami dipercaya mengawal jamaah yang banyak menderita sakit ini, bahkan saya berfikir untuk menyampaikan secara langsung kepada jamaah agar tidak berdoa dan punya keinginan untuk wafat dalam melaksanakan Ibadah haji, namun apakah kita bisa membatasi doa ???
Sebuah pertanyaan yang mungkin juga dirasakan semua orang saat menjalankan sholat jenazah di Masjidil haram adalah dimanakah letak jenazah dan dimanakah posisi Imam saat itu ???. tadinya saya menyangka bahwa jenazah diletakkan didekat pintu Ka’bah dimana Imam Sholat Rawatib berada, namun gambaran itu sirna ketika kami dengan kereta khusus yang sepertinya bertenaga listrik membawa jenazah dari ambulan menuju lantai dua Masjidil haram, jenazah jenazah itu diletakkan dilantai dua dan kami diberi kesempatan jamaah dengan orang orang khusus yang sepertinya kaum bangsawan atau pejabat negara. Kami berada dibelakang jenazah. Sementara didepan jenazah juga banyak jamaah yang melaksanakan sholat fardlu.
Saya yakin masih banyak orang yang memimpikan dan berdoa agar bisa meninggal saat menjalankan Ibadah Haji, namun tidak semua orang yang berdoa tersebut dikabulkan, dan rata rata jamaah saya yang meninggal memang berdoa agar bisa meninggal dalam melaksanakan Ibadah haji, entahlah ada rahasia tersembuunyi sehingga kami dipercaya mengawal jamaah yang banyak menderita sakit ini, bahkan saya berfikir untuk menyampaikan secara langsung kepada jamaah agar tidak berdoa dan punya keinginan untuk wafat dalam melaksanakan Ibadah haji, namun apakah kita bisa membatasi doa ???
Sebuah pertanyaan yang mungkin juga dirasakan semua orang saat menjalankan sholat jenazah di Masjidil haram adalah dimanakah letak jenazah dan dimanakah posisi Imam saat itu ???. tadinya saya menyangka bahwa jenazah diletakkan didekat pintu Ka’bah dimana Imam Sholat Rawatib berada, namun gambaran itu sirna ketika kami dengan kereta khusus yang sepertinya bertenaga listrik membawa jenazah dari ambulan menuju lantai dua Masjidil haram, jenazah jenazah itu diletakkan dilantai dua dan kami diberi kesempatan jamaah dengan orang orang khusus yang sepertinya kaum bangsawan atau pejabat negara. Kami berada dibelakang jenazah. Sementara didepan jenazah juga banyak jamaah yang melaksanakan sholat fardlu.
Saat
selesai Sholat fardlu yang dilanjutkan dengan Sholat Jenazah, nampak seseorang
menyiapkan mikrophone dan tempat untuk Imam Sholat, dan disutulah kami tahu
bahwa ternyata saat sholat Jenazah, Imam berada di belakang jenazah yang
erjajar didepannya, ditata sedemikian rupa sehingga bagi jenazah laki laki Kepala
Jenazah sejajar dengan Imam, sementara jenazah perempuan, tepat pada tengah
tengahnya yang sejajar dengan Imam, sementara pada makmum masih berada pada
posisinya masing masing menghadap kiblat, sehingga pada sholat jenazah tersebut
makmum yang ada didepan jenazah posisinya ada didepan Imam.
Jamaah
Haji yang meninggal saat menjalankan Ibadah haji di Makkah dimakamkan di
Pemakaman Soraya yang letaknya sekitar 40 kilometer dari arah Makkah atau 4
kilometer dari Masjid jamarot. Pemakaman
seluar 4 Hektare ini sangat jauh dari kesan anker, dari jauh nampak seperti
padang pasir yang luas dengan beberapa batu nisan diatasnya. Tidak ada
pepohonan yang tumbuh diatasnya sebagaimana pemakaman di Indonesia. Pemakaman
ini dikelola dengan sanat baik, ada jalan yang bisa dilalui oleh mobil jenazah
hingga ke tengah tengah makam, sementara dipinggir makam disiapkan tempat
bersuci dan MCK, sehingga sehabis mengantarkan jenazah, kita dapar bersuci
disana.
Tidak
perlu menggali kubur saat ada orang yang meninggal, karena lubang lubang
tersebut sudah disiapkan dengan cor penutup diatasnya, sementara dibawah kubur
tersebut sedalam kurang lebih dua meter tersebut diberi dinding yang terbuat
dari batu bata. Tidak ada apa apa saat saya berada didalam lubang bersama dua
orang yang lain untuk menerima jenazah yang diturunkan dari keranda, tali
jenazah juga dilepas sebagaimana pemakaman jenazah di Indonesia. Yang membedakannya
adalah jika di Indonesia diatas jenazah diberi papan kayu dan kemudian ditimbun
dengan tanah, namun di pemakaman Soraya ini jenazah dibiarkan dibawah kemudian
cor penutup dikembalikan sebagaimana semula, tepat dipermukaan kuburan
dioberikan tanda berupa batu nisan yang tidak ada namanya.

Gurun
berbatu dari tanah arab sepertinya tidak mungkin jika setiap hari harus
menggali kubur sedalam sekitas dua meter, saya pernah menyaksikan mesin berat
yang dipergunakan untuk menggali pondasi, dan itupun membutuhkan waktu yang
lama, mungkin membutuhkan waktu lenih dari sehari dengan menggunakan alat berat
untuk membuat satu lubang kubur.
No comments:
Post a Comment