Perbincangan
diwarung kopi bisa menghangatkan suasana, bukan hanya kopinya yang hangat,
namun juga kedatangan ustad muda yang baru turun dari pesantren, Mulanya saya
terkejut juga ketika Ustad Muda mengajak untuk menggugat Tuhan, dalam hati saya
bertanya, apa salah Tuhan sehingga harus di gugat. Apa karena doanya tidak
kesampaian sehingga Tuhan perlu di gugat. Toh Tuhan mempunyai Hak super
prerogratif untuk berbuat atau tidak berbuat. Kita tidak mempunyai kewenangan
sedikitpun untuk menggugat Tuhan. Orang jawa mengatakan bahwa itu bisa jadi
kuwalat. Toh kalau kita mempunyai permintaan, kita hanya bida berusaha dan
berdoa, dan Tuhanpun tidak serta merta mengabulkan permintaan kita, Tuhan
mempunyai rencana sendiri, Tuhan mengabulkan doa kita dengan cara yang kita
tidak menyangkanya.
Tapi
toh saya tidak mengerti mengapa Tuhan perlu digugat. Dan menurut saya itu
adalah hak dia untuk menggugat siapa saja, andaikan Tuhan digugat melalui
Pengadian, akankah Hakim pengadilan akan mengabulkannya, mekipun dia mengajukan
gugatan tetap akan diterima, namun bukan berarti hakim akan “berani”
mengabulkan permintaannya, karena hakim juga mempunyai kewenangan untuk
menerima atau menolah sebuah permohgonan atau gugatan, dan jika gugatan ditolak,
lantas kemana Ustad Muda akan menggugat Tuhan?
Perbincangan
semakin hangat, para pengunjung warung kopi yang mulai rame dimeja kami mulai
antusias mendengarkan ustad muda yang bisa dibilang masih santri
menyampaikan rancangan proposal untuk
menggugat Tuhan. Saya tanyakan kepada Ustad Muda tentang rencana menggugat
Tuhan tersebut, kapan waktunya dan bagaimana caranya, Ustad Muda tidak banyak
berkomentar, sebab menurutnya kalau tidak digugat, nantinya banyak diantara
kita yang syirik dan kafir. Dan kita yang mengerti harus segera membenahi, sebab
akan membahayakan akidah, men-sama benarkan semua agama, tidak ada pembeda yang
jelas diantaranya tentang masalah ketuhanan.
Sayapun tidak pernah mengerti yang dimaksud
dengan Ustad Muda ini, Tuhan yang mana yang akan digugat, bukankah setiap agama
mempunyai sebutan Tuhan sendiri sendiri yang diyakininya menjadi sebuah
kebenaran ?? bukankan agama merupakan jalan menuju keselamatan hidup ??,
bukankah semua agama mengajarkan kebaikan. Dan menjamin umatnya yang menjalankan
perintah agama dimaksud akan memperoleh kebahagiaan dan akan dimasukkan surga menurut
keyakinannya?. Lantas Tuhan yang mana yang perlu digugat, apakah Tuhan dalam
agamanya sendiri ataukan Tuhan agama orang lain ??, dan jika harus menggugat
Tuhan dalam agamanya sendiri, bagaimana cara menggugatnya ?? dan jika harus
menggugat Tuhan dari agama lain. Juga apa salah agama tersebut sehingga
Tuhannya perlu digugat.
Setiap
agama mempunyai keyakinan sendiri sendiri, mempunyai kitab suci sendiri,
mempunyai sebutan Tuhan sendiri, mempunyai keyakinan kebenaran sendiri, dan
kita tidak dapat memaksakan keyakinan kita pada keyakinan orang yang berbeda
keyakinan, orang yang berbeda keyakinan tidak akan mau mempercaya bahwa Tuhan
kita yang benar benar nyata, sebab versi mereka, keyakinan kita adalah salah,
sebagaimana kita menggangap selain yang kita yakini adalah salah. Sebab tidak
ada kebenaran keyakinan beragama pada agama yang berbeda. Kalau seseorang merasa
semua agama adalah sama benarnya dalam versi apapun, maka orang tersebut perlu
dipertanyakan keyakinan agamanya, mengapa seseorang melakukan sebuah tindakan
menurut yang diajarkan agamanya kalau dia tidak yakin dengan kebenaran agamanya
sendiri ??
Waktu
semakin larut, segelas kopi sudah hampir memasuki tetes terahir, saya pesan
lagi segelas, untuk menemani ustad muda yang sedang menyusun proposal menggugat
Tuhan. Beberapa pengunjung hanya mendengarkan saja ustad muda berbicara, dan
sesekali menyela, tidak tahu yang disampaikan. Tidak mengerti yang dimaksudkan.
Meskipun dalah satu keyakinan agama yang sama, namun dalam hal ini ada beberapa
pengertian yang berbeda.
Dulu
saya pernah kedatangan tamu dari tokoh agama yang berbeda agama dengan saya,
kita berdiskusi masalah toleransi antar umat beragama, sang tokoh agama hanya
menyampaikan begini : “Kalau yang dimaksud dengan Tuhan menurut agama anda adalah Dzat yang
menciptakan, mengatur dunia dan seisinya, maka sama dengan Tuhan yang dimaksud
dalam agama saya, lantas mengapa kita harus berdebat hanya karena perbedaan
penyebutan dan tata cara kita menyembah kepada-Nya?”. Dan ini saya sampaikan
kepada ustad muda, saya ingin mendengarkan pendapatnya mengenai hal ini.
Mungkin
banyak juga yang bingung dengan banyaknya agama yang kesemuanya meng klaim
bahwa agamanyalah yang paling benar, agamanyalah yang dapat menyelamatkan hidup
manusia, baik saat ini maupun setelah kematian serta setelah berahirnya dunia,
dan Tuhan yang mereka sembahlah yang benar benar Tuhan. Semua agama mempunyai
ajaran dan dengan sebutan Tuhan yang berbeda, lantas apakah Tuhan yang dimaksud
oleh agama agama yang berbeda tersebut adalah satu Dzat yang sama?, ataukan
berbeda beda?
Sebagian
besar dari kita meyakini kebenaran agama karena orang tua kita sudah beragama,
dan sejak kecil kita diajarkan untuk seagama dengan orang tua kita, sehingga
keyakinan beragama kita timbul bukan dari pemikiran kita melainkan timbul dari
didikan orang tua. Kebenaran dalam beragama bukan dari penelitian ilmu
pengetahuan, tetapi kebenaran terhadap sesuatu yang diyakini benar, sehingga
satu kebenaran keyakinan suatu agama tidak dapat di padukan dengan sempurna
dengan kebenaran keyakinan agama lainnya. Setiap agama akan menjanjikan surga
bagi penganutnya yang taat menjalankan perintan agamanya.
Itulah
yang ingin digugat Ustad Muda, bukan Tuhan yang sesungguhnya yang akan di Gugat,
tetapi penyebutan Tuhanlah yang akan digugat. Ustad Muda rupanya agak tercurek
dengan istilah Allah Swt itu Tuhan, Tetapi Tuhan belum tentu Allah. Sebuah ungkapan kata yang mungkin diajarkan
oleh Guru Agama Islam sampai perguruan tinggi. Namun benarkah istilah tersebut
? dan kenapalah Ustad Muda perlu menggugatnya? Bukankah itu sudah enjadi
ungkapan yang dianggap benar selama bertahun tahun? Lantas apa argumentainya
sehingga perlu digugat, dan akan digugat kemana?? Dan untuk apa?.
Setiap
agama menganggap bahwa keyakinannya adalah benar, sehingga menganggap bahwa
keyakinan agama lainnya adalah salah, begitu juga dengan penyebutan Tuhan,
meskipun mungkin yang dianggap Tuhan oleh semua agama adalah sama, namun
penyebutannya adalah berbeda, Mungkinkah semua agama tersebut mengenai adanya
Tuhan adalah benar secara universal?, sehingga ada beberapa Tuhan yang mengatur
dunia ini?, ataukah hanya sesuatu yang dianggap Tuhan meskipun sebenarnya bukan
Tuhan ?
Saya
kira Ustad Muda tidaklah berlebihan saat dia sangat fanatik bahwa Tuhan menurut
versi agamanyalah yang paling benar, dan menurut saya memang seperti itulah
yang harus dilakukan oleh setiap penganut ajaran agama, memiliki totalitas
keyakinan terhadap agamanya. Dan Ustad
Muda menganggap bahwa Tuhan versi agamanya yang benar benar Tuhan, sehingga
Tuhan menurut agama lain adalah yang dianggap Tuhan.
Sehingga
menurut Ustad Muda yang juga beragama Islam, mengenai doktrin ketuhanan menurut
pemahaman dan pengetahuannya menyatakan bahwa Allah Swt Pasti Tuhan, dan Tuhan
pasti Allah. Hal ini berbeda dengan yang selama ini diajarkan di sekolah
sekolah bahwa Allah pasti Tuhan, sedangkan Tuhan belum tentu Allah. Karena
kalau menganggap Tuhan belum tentu Allah, itu artinya kita mengakui adanya
Tuhan selain Allah.
Setiap
Umat beragama harus fanatik dengan keyakinannya, dengan Ibadahnya sehingga
tidak akan bercampur aduk dengan Ibadah agama lainnya, namun demikian juga
harus mempunyai rasa toleran dan menghormati terhadap Agama orang lain,
terhadap keyakinan orang lain. Sebab orang lain juga mempunyai keyakinan
sebagaimana kita juga memounyai keyakinan.
No comments:
Post a Comment