Delapan
hari dalam satu hotel yang sama belum membuat saya mengenalnya, bahkan saya
sangat menyesal karena tidak memperhatikannya. Bicaranya tegas, pertanda dia
tegar menghadapi hidup yang harus ditanggung tanpa suami. Dia berangkat dengan
meninggalkan dua anaknya ditanah air. Ada banyak hal yang seharusnya aku
sampaikan sendiri kepada janda ini, namun yang itu tidak kesampaian hingga
delapan hari usai Mungkin hanya delapan hari ini saja dia bersama kami. Diapun
seakan sudah tak tahan sesampainya di Makkah untuk segera bergabung dengan
Kloternya. Mestinya saya juga memperhatikan janda janda muda, mereka juga butuh
perhatian karena berangkat tanpa ditemani mahramnya, terlebih jamaah titipan.
Saya
sedikit terkejut ketika berada di Tenda Mina, ada Japri dengan profil seorang
perempuan cantik sekitar usia tiga puluhan atau mungkin lebih muda dari perkiraan
saya yang ingin bertemu, maka yang masih menahan sisa lelah tak kuasa segera
membalas Japrinya. hingga seakan melupakannya. Saya terbangun ketika sayup
sayup sebuah suara menyapa, kukira janda muda yang barusaja Japri saya,
ternyata seorang jamaah yang barusaja tersesat dan diantarkannya ke tenda oleh
perempuan cantik yang barusan japri saya. Saya tidak mengenal perempuan ini
yang hadir seperti malaikat yang beberapa kali mengantarkan jamaah yang
tersesat. Terlebih jamaah yang diantarkannya menyampaikan salam darinya untuk
saya. Padahal dari Maktab 54 ke Maktab 6 harus ditempuh perjalanan sekitar 5
kilometer, sehingga jika perempuan itu mengantarkannya, maka ia harus menempuh
perjalanan kaki sejauh 10 kilometer.
Saya
sedikit menyesal, mengapa saya tertidur dan tidak sempat menemuinya, setidak
tidaknya menyampaikan terima kasih kepadanya. Meski meninggalkan rasa penasaran
darimana perempuan cantik itu punya nomor saya, namun saya yakin bahwa dalam
perjalanan haji ini banyak malaikat atau setidaknya manusia berhati malaikat
yang membantu kesulitan jamaah. Rasa penasaran semakin memuncak ketika jamaah
yang diantarkannya juga menyampaikan bahwa perempuan cantik yang menolongnya
itu ingin berjumpa dengan saya. Beberapa Jamaah perempuan yang ditolong itu mungkin merasa bahwa
penolongnya sudah sangat kenal akrab dengan saya, padahal saya juga masih
bingung dengannya. Kulihat foto profilnya beberapa lama, saya hanya ingin memastikan
apakah saya benar benar memngenalnya, saya tidak ingin lama lama memandang foto
profil tersebut. Saya takut kena Dam. Saya membiarkan dan seakan berlalu begitu
saja.
Penasaran
semakin membuncah ketika selesai Armina ada Japri dari nomor yang sama ketika
di Mina, bahwa ada beberapa jamaah perempuan yang salah naik Bus hingga ke
Mahbas Jin, dan perempuan itu bermaksud mengantarkannya ketempat kami menginap,
sekalian ingin bertemu dengan saya. Kebetulan saya masih laporan rutin ke
sektor ketika perempuan muda yang mungkin juga janda sampai di hotel. Beberapa
saat dia menunggu saya, namun karena urusan saya di sektor sedikit lama,
sehingga perempuan tersebut meninggalkan hotel untuk melaksanakan sholat jamaah
di Masjidil haram. Saya hanya meminta maaf karena belum sempat menemuinya dan
untuk kedua kalinya menyampaikan terima kasih kepadanya. Entah sampai kapan
saya dapat membunuh rasa penasaran saya untuk mengetahui siapa sebenarnya
perempuan ini.
Bisa
dimaklumi jika banyak jamaah yang tersesat hingga ke Mahbas jin, hal ini
dikartenakan terminal menuju Roudloh dan Terminal menuju Mahbas jin sangat
berdekatan, sehingga ketia jamaah salah berbelok arah, maka dia akan menuju terminah
yang mengarah ke mahbas Jin dan Aziziyah. Dan beruntung jamaah yang salah bus
ini usianya tidak terlalu tua, dia masih ingat apa yang pernah saya sampaikan
kepada jamaah bagaimana caranya jika ada yang salah Bus atau salah jalan,
sehingga berinisiatif menemui ketua kloter ditempat dia berhenti. Dan beruntung
pula karena dari tempat dia tersesat tersebut ada yang mengenal saya, meskipun
saya tidak atau belum mengenalnya, namun mulai ada titik terang dari kloter
berapa perempuan penolong ini bergabung.
Saya
berjanji Mbak Dian, dokter jaga UGD RS Blambangan dan Mbak Sari Nurani untuk
bersama sama ke Masjidil Haram sekaligus ke Tower Zamzam untuk memenuhi
undangan jamaah yang menginap disitu. Sepertinya akan menemukan sensasi yang
berbeda ketika dapat menikmati lampu lampu malam Kota Makkah dan Masjidil Haram
dari ketinggian Tower zamzam tersebut. Namun
pada ahirnya saya tidak dapat bersama kedua perawan tenaga medis tersebut
karena perempuan yang sudah dua kali mengantarkan jamaah sesat jalan tersebut
ingin bertemu diihotel tempat saya menginap. Saya
tidak ingin mengecewakannya, saya pernah mengecewakan janda muda, saya tidak
ingin mengulanginya.
Saya
menemui perempuan yang usianya kira kira lebih muda atau setidak tidaknya sama
dengan dua orang tenaga medis dalam team saya di loby hotel, sambil
mengantarkan Mbak Dian dan Mbak Sari yang akan naik Bus menuju Masjid. Saya
meminta maaf kepada dua orang perempuan teman saya tersebut karena saya tidak
dapat mengantarkannya, karena saya terlalu lemah untuk mengecewakan perempuan
yang sudah dua kali mengantarkan jamaah yang sesat jalan tersebut. Perempuan
itu nampak cantik terawat, meski tak secantik Bidadari Surga yang menghuni
Rumahku di tanah air. Dari raut wajahnya nampak beban tersembunyi meski
beberapa kali membalut dengan senyum. Secangkir kopi yang disediakan hotel dan
martabak Arab menemani pertemuan kami.
Saya
pernah bertemu sebelumnya dengan perempuan ini di Madinah, saat itu Androidnya
sedang ada masalah. Saya tidak menyangka jika pada ahirnya saya bertemu juga
dengan perempuan ini di Makkah, dan dua kali mengantarkan jamaah yang sesat
jalan. Dia dulu saat mendaftarkan haji bersama suaminya, namun sebelum
berangkat haji, suaminya tergoda dengan perempuan lain yang dalam istilah
sekarang Pelakor akronim dari Perayu Laki Orang atau Pelaku sekaligus Korban. Janda muda itu berangkat Haji sendiri, karena
mantan suami tidak diperkenankan berangkat oleh istri barunya. Bahkan istri
barunya tersebut marah marah ketika janda muda tersebut menemui bekas suaminya
untuk sekedar memberitahukan bahwa mantan suaminya dipanggul untuk berangjkat
haji.
Banyak
hal yang disampiakn perempuan itub terkaitr kehidupan rumah tangganya. Dengan
yakin dia bercerita karena saya dianggap dapat memberikan solusi ddari problem
kehidupannya. Padaahal saya baru mengenalnya, dan dia belum tahu benar
bagaimana saya sebenarnya, dia sangat yakin bahwa saya dapat dijadikan tempat
sampah bagi kisah hidupnya. Dan saya mendengarkan ceritanya dan berlalu begitu
saja. Saya hanya menyampaikan bahwa seandainya saya juga menjadi suami sirinya,
saya juga akan berlaku sama dengan suami sirinya saat ini. Bersikap cemburu,
karena pada dasarnya orang yang menikah siri takut jika istri sirinya akan
meninggalkannya.
Banyak
lelaki yang berkhayal mempunyai istri lebih dari satu dan semua istrinya bisa
hidup rukun dalam satu rumah, tetapi sangat jarang ditemukan kisah hidup yang
demikian. Seringkali seorang suami mempunyai istri siri tanpa izin dari istri
sahnya, dan suami tersebut cenderung posesif terhadap istri sirinya. Hal ini
disebabkan ketakutan suami yang dengan mudah kehilangan istri sirinya, begitu
juga sebaliknya, istri siri juga cenderung ingin mendapatkan yang lebih
daripada yang sudah diterimanya.
Saya
pernah mengantarkan dua orang istri dengan seorang suaminya mendaftarkan haji,
mereka ingin berangkat haji bertiga. Keduanya nikah resmi dan mempunyai surat
nikah, dan yang mencarikan istri kedua bagi suami tersebut adalah istri
pertamanya. Yang mengatur rumah tangga juga istri pertama, karena istri
pertamalah yang mencari istri kedua bagi suaminya, Anak anak mereka meminta
jajan juga kepada istri pertama. Saya perrnah bertanya kepada mereka resep bisa
hidup rukun. Jawabnya adalah sebuah pertanyaan “apa yang dicari dalam hidup ini
“
No comments:
Post a Comment