Kurebahkan
diri pada tiang payung payung cantik di pelataran Masjid Nabawi, aku ingin
melihat payung payung ini mekar sehabis sholat subuh, begitu indah pemandangan
yang hanya saya dapatkan disini. Ditempat gersang ini mungkin hanya payung
payung raksasa ini yang bisa kita nikmati mekarnya, tidak seperti di Banyuwangi
dimana pada musimnya kita dapat menikmati kembang buah naga yang mekar indah
dimalam hari, dan menutup diri keesokan harinya. Buah naga memang unik,
kembangnya mekar hanya dimalam hari untuk melakukan perkawinan ( seperti
manusia saja yang kawinnya senangnya malam hari ). Saya senang ketika depan
rumah kembang kembang itu bermekaran, saya membantu “memperkosa” pekawinanya
agar buah naga berbuah besar. Seperti payung payung raksasa ini yang mekar
digerakkan oleh mesin. Orang orang yang sebagian besar jamaah haji Indonesia
banyak yang menikmati mekarnya payung payung ini, nggak peduli dikatakan ndeso,
yang penting enjoy saja menikmatinya.
Saya
masih tersandar di tiangnya, pikiran masih mengembara mencari jawaban dari
pertanyaan diri sendiri, kiemana lima kopor jamaah yang sampai hari kedua belum
ditemukan, padahal ketiga hotel tempat
jamaah menginap sudah digerilya, dan dari kloter lain di hotel lain juga
tidak ada berita tentang kopor jamaah tersebut. Padahal sepasang sandal jepit
saya yang saya yakin tertinggal di pesawatpun dapat saya temukan. Sandal jepit
merah pemberian istri saya, warnanya sama dengan warna kesukaannya. Saya tidak tahu, siapa yang membawakan sandal
jepit merah tersebut hingga ke hotel tempat kami menginap.
Lalu
lalang jamaah seperti tak aku hiraukan, hanya satu doa yang selalu aku ucapkan
baik dalam hati maupun lesan, Ya Allah Mudahkanah urusanku. Mungkin hanya di
Masjid ini saya berdoa sangat khusuk, di Masjid dimana Nabi Muhammad dulu menyebarkan
agamanya hingga ke seluruh penjuru dunia. mengapa saya bisa khusuk berdoa
disini, padahal Bumu adalah Masjid yang dihamparkan untuk seluruh seluruh Umat,
tetapi kenapa Manusia ditempat tempat tertentu doanya semakin khusuk? Mengapa
di Masjid Nabawi Ibadah dan doa semakin khusuk meski didepan melintas perempuan
cantiq dengan wajah putih merona dengan hidung yang nyaris sempurna ??. Saya
terus memenangkan diri, saya terus menghitung hitung keberadaan kopor jamaah,
ada lima kopor jamaah yang ternyata calon jamaah tersebut adalah calon jamaah
yang masih belum berangkat karena faktor kesehatan. Kopornya sudah sampai
Madinah. Mungkinkah kopor jamaah saya masih tertinggal di embarkasi ??? saya
menghubungi PPIH embarkasi, saya menghitung perbedaan waktu, karena antara
Madinah dan Surabaya da perbedaan waktu 4 jam, sehingga ketika di Madinah Jam 6
pagi naka di Surabaya sudah Jam 10
siang. Dan benar juga bahwa kelima kopor itu masih berada di Embarkasi yang
akan dititipkan pada kloter yang berangkat esok pagi.
Ahirnya
satu persatu masalah terurai juga, meski belum tahu kapan kopr itu sampai,
tetapi sudah ada kepastian dimana kopor itu berada. Semoga saja nasibnya tidak
seperti kloter sebelumnya yang ada kopor yang ditemukan setelah enam hari. Bisa
dibayangkan bagaimana mereka harus berhemat pakaian karena pakaian ada didalam
kopor yang belum ditemukan, beberapa jamaah yang mempunyai sedikit rizki
membeli pakaian baru untuk ganti sambil menunggu kopornya datang, jamaah
lainnya hanya memakai pakaian yang ada di tas tenteng.
No comments:
Post a Comment