Hal yang
menarik dalam pilkada yang akan dilaksanakan dibeberapa Kabupaten dan Kota yang ada di Jawa
Timur adalah tampilnya beberapa perempuan sebagai calon Bupati/Walikota maupun
Wakil Bupati/Walikota. Baik calon
yang merintis karier melalui dirinya sendiri maupun ikut naik daun karena
suaminya adalah Bupati maupun Walikota. Tampilnya beberapa perempuan dalam
Pilkada 2010 bukanlah sekedar kesetaraan gender, namun juga salah satu strategi
untuk pemenangan dalam pilkada tersebut. Sudah dimaklumi bersama bahwa
jumlah pemilih adalah lebih dari 50 persen adalah dari kaum perempuan, sehingga
patut diperhitungkan secara matang untuk memperoleh kesempatan yang lebih luas
untuk kemenangan tersebut.
Yang menjadi
pemenang Pilkada bukan berarti lebih pandai,
atau lebih mampu daripada calon lainnya untuk menjadi seorang
pemimpin, dan bukan berarti yang kalah
dalam pilkada adalah orang yang tidak mampu untuk menjadi seorang pemimpin,
namun yang jelas pemenang pilkada adalah siapa yang mendapat suara terbanyak
dari pemilih. Dengan sistim pemilihan secara langsung, dimana setiap warga
masyarakat yang telah mempunyai hak pilih berhak untuk menentukan pilihannya,
maka yang menjadi penentu bukanlah kwalitas dari pemilih, namun kwantitas
pemilih, sebagai contoh bahwa seorang warga dengan pendidikan S3 dan dengan pengalaman
yang cukup, sehingga yang bersangkutan dapat berfikir untuk memilih calon
Kepala Daerah yang menurutnya dapat menjadi pemimpin yang baik, maka suaranya
sama dengan orang yang tidak pernah sekolah dan bahkan saat pemilihan yang
bersangkutan tidak faham dengan pilihan yang dilakukannya.
Dari beberapa
pengalaman Pemilu, tingkat kehadiran pemilih perempuan lebih banyak
dibandingkan dengan laki-laki, sehingga pemilih perempuan menjadi sasaran utama
dari tim sukses. Sehingga setiap tim sukses menyiapkan strategi khusus untuk
menggaet pemilih perempuan tersebut dengan membentuk tim khusus yang bergerak
untuk calon pemilih perempuan.
Untuk menjadi
pasangan Bupati dan Wakil Bupati, ada dua perjuangan yang harus dilakukannya,
yang keduanya membutuhkan energi yang
tidak sedikit. Yaitu pertama; bagaimana pasangan tersebut dapat mendaftar
sebagai pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati, baik melalui Parpol/gabungan
Parpol maupun lewat jalur independent. Kedua; bagaimana pasangan calon tersebut
dapat meraih simpati masyarakat, sehingga dapat memenangkan pemilihan.
Dalam
Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, nampaknya bagi Partai Politik strategi
untuk pemenangan lebih diutamakan daripada menempatkan kader dari partainya
sendiri, dan tokoh tokoh dari ormas keagamaan atau tokoh yang dianggap mempunyai
pengaruh yang cukup menjadi salah satu incaran sebagai calon wakil Bupati yang
potensial untuk meraup suara agar calon yang diusungnya menang. Sebab dalam
kampanye pilkada yang dibutuhkan adalah menarik simpati dukungan massa sebanyak banyaknya, dan yang dibutuhkan guna
suksesnya dukungan massa
adalah ketokohan calon dan atau dukungan financial.
Strategi
kampanye untuk mendapat dukungan dari pemilih adalah bagaimana calon atau tim
sukses dengan mengeluarkan energi
sekecil kecilnya untuk mendapatkan simpati dan dukungan sebanyak banyaknya, dan
pemilih perempuan lebih mudah dipengaruhi apabila yang menjadi calon Bupati
atau Wakil Bupati adalah perempuan, meskipun dari pengalaman Pemilihan Gubernur
dan Pemilihan Presiden, calon dari perempuan kalah oleh calon laki-laki. Mungkin
kombinasi laki-laki dari birokrat dan
Gerakan
perempuan untuk perempuan dan pilihan secara langsung dimana satu penduduk yang
mempunyai hak pilih dihitung satu suara sangat meguntungkan bagi pasangan calon
kombinasi laki-laki dan perempuan atau perempuan dan laki-laki, meskipun
kombinasi ini bukan jaminan agar calon tersebut menang, namun dengan gerakan
tersebut calon dapat tambaham amunisi untuk mendapatkan dukungan dari kaum
perempuan yang selama ini lebih sering pilihannya dikonsultasikan terlebih dahulu
kepada suaminya.
Mungkin nantinya untuk Pilkada Propinsi Jawa Timur,
Kabupaten Banyuwangi adalah yang paling banyak diikuti oleh calon perempuan,
baik calon bupati maupun calon wakil Bupati, baik perempuan yang meniti karier
lewat jalur pribadi artinya perempuan tersebut menjadi tokoh karena kariernya,
baik dibidang politik maupun dibidang lainnya sehingga yang bersangkutan
menjadi terkenal, maupun meniti karier melalui suaminya, artinya perempuan
tersebut menjadi tokoh lebih dikarenakan atau didahului dengan karier suaminya
yang terkenal sebagai Bupati atau jabatan lainnya, sehingga perempuan tersebut
sebagai seorang istri secara otomatis juga ikut terkenal. Dan hal tersebut
nampaknya tidaklah penting, yang terpenting adalah strategi bagaimana pasangan
calon dapat suara dan sebagai pemenang dalam kontes Pilkada.
No comments:
Post a Comment