Menyuarakan Kebenaran
Seteguk teh hangat sore itu membasahi
kerongkonganku, sambil menahan nyeri di sekujur tubuh yang memar,
terlintas kejadian siang saat aku dalam perjalan pulang, saat itu bis yang aku
tumpangi hampir penuh sesak dengan penumpang, ada yang tertidur, ada yang duduk
dengan mata menerawang, ada sejoli yang asyik berangkulan dan banyak juga yang
berdiri bergelantungan.
Tanpa kusadari mataku tertuju pada seorang wanita
yang cantik dan sangat cantik dengan tas merah mungil dibahunya, wanita itu
dikeliling empat pemuda tegap dengan wajah yang kurang bersahabat, aku
amati mereka dan kutahu pemuda itu berusaha mengambil sesuatu didalam tas
wanita cantik itu, sementara pemuda yang lainnya tanpa malu menghimpit wanita
itu dan melakukan hal yang tidak pantas dilakukan, Wanita itu berteriak semua
penumpang menoleh padanya.
Dengan cepat aku mendekati pemuda itu, menariknya
dan menasehatinya. Dan akupun meminta pada penumpang lainnya untuk bersama-sama
menolong wanita itu, namun semua diam, tiba-tiba akupun terjungkal, badanku
terasa perih, mukaku biru dan empat pemuda itu sudah berdiri di sekelilingku.
Terdengar lirih suara-suara penumpang disekitar ada
yang bilang “itulah kalau sok pahlawan”, “dasar laki-laki bodoh suka mencampuri
urusan orang” dan komentar miring lainnya, walau ada juga suara-suara iba.
Tiba-tiba wanita cantik yang pakeannya sedikit terbuka akibat koyakan si
pemuda menghampiriku, dengan mata berkaca-kaca dan suara bergetar dia
berkata dengan lantang “pergi kamu dari sini, pergii!!” bentaknya, akupun kaget
bukan ucapan terima kasih tetapi sumpah serapah yang kuterima. Beberapa
penumpang segera menyeretku ke arah pintu dan aku dilemparkannya.
Saat ku terjaga dipinggir jalan, kulihat bis itu
melaju sangat kencang dan tiba-tiba berbelok kekanan menabrak pagar
pembatas dan berguling menyongsong truk tangki yang melaju ke arahnya.
Akupun terdiam saat kudengar dari penumpang yang
selamat, dia menceritakan bahwa saat aku dilempar keluar, wanita itu
dengan tiba-tiba berlari kearah sopir, menginjak pedal gas dengan sekuat tenaga
dan membelokkan stirnya.
Badanku terasa tergoncang dan ternyata anakku telah
menggelayut manja membuyarkan lamunanku atas kejadian disiang hari itu, dalam
hatipun aku berkata “menyuarakan
kebenaran tak kan lepas dari resiko bila tidak didukung oleh lingkungan
sekitar, namun menyuarakan kebenaran selalu membuat kita dapat terselamatkan”
By Tjandra Prihandono untuk refreshing rekan-rekan
Wike2008
No comments:
Post a Comment