Selamat Datang Pada BLOG SYAFA'AT semoga bermanfaat
Home » » Imbalan dan Keikhlasan

Imbalan dan Keikhlasan

Imbalan dan Keikhlasan
Suatu hari seseorang yang kebetulan pengantin baru, membonceng isteri barunya dengan sepeda motor, kebetulan di jalan raya kendaraan lagi ramai, maklumlah lagi liburan. Di sebuah kesempatan dari arah berlawanan ada kendaraan besar yang melintas, dan kebetulan juga ada kendaraan roda empat yang berupaya untuk mendahului kendaraan besar dimaksud. Karenanya badan jalan menjadi penuh, dan tidak ada jalan lain agar selamat bagi kendaraan sepeda motor tersebut kecuali tutun dari badan jalan. Betapa marahnya orang yang membonceng isterinya tersebut, tetapi marah kepada siapa? Toh orang yang membuat dirinya dan isterinya sengsara karena harus turun ke bahu jalan sudah lewat dengan mengendarai kendaraan roda empat. Dia hanya bias menggerutu sendiri. Mengumpat dan menganggap mentang mentang orang bias beli mobil tidak memperhatikan nasib orang kecil yang hanya bias mengendarai sepeda motor.
Haripun berganti, seseorang yang mengendarai sepeda motor tersebut Alhamdulillah sudah bias membeli kendaraan roda empat, dan kebetulan isterinya sedang hamil dan membutuhkan perawatan dokter, maka diapun mengajak isterinay ke dokter dengan mengendarai mobilnya, kebetulan jalan juga sedang ramai, kebetulan didepannya ada kendaraan besar dan dia ingi mendahului kendaraan besar di maksud. Dilihatnya dari arah berlawanan tida ada kendaraan besar, hanya ada kendaraan roda dua yang kelihatan seperti berboncengan, dengan perhitungan bahwa dia harus tergesa gesa, dan masih mungkin untuk mendahului, maka diapun mendahului kendaraan di depannya sambil menghidupkan lampu diem agar kendaraan dari arah berlawanan “menyadari”. Dan diapun dapat mendahului kendaraan besar didepannya, sehingga saat dia mendahului tersebut jalan menjadi penuh hingga mengakibatkan orang yang naik sepeda dari arah berlawanan turun dari badan jalan.
******************************
Saya juga jadi ingat dengan status yang dikirim pada sebuah group bahwa Honorer/Bleketir/PTT lebih giat dan lebih pinter dalam bekerja daripada PNS, padahal PNS mendapatkan gaji, sedangkan Honorer/Bleketir/PTT tidak mendapatkan gaji, hanya honor yang jumlahnya sangat jauh jika dibandingkan dengan PNS. Juga pernah ada status bahwa staf lebih giat dan lebih pandai daripada Kepala. Benarkah??????????????????? Bukanlah Kepala dulunya adalah Staf??? Bukankah Staf dulunya (sebagian besar) adalah honorer/bleketir/PTT ?????????????????. apakah (mungkin) Honorer/Bleketir/PTT akan menjadi malas dan semakin bodoh jika menjadi PNS????????/ dan akan semakin bodoh dan malas jika menjadi Kepala ???????????
Kritik paling pedas terhadap PNS adalah lemahnya semangat pengabdian mereka pada kepentingan public. Jatman (2002;660), secara individu, tentu tidak semua orang siap dan rela untuk menjadi pelayan bagi masyarakat. Dicontohkan oleh Jatman bahwa cirri khas mentalitas manusia Indonesia, yang pernah diungkapkan oleh Kuntjaraningrat seperti : tidak berorientasi ke masa depan, tidak hemat, tidak menghargai mutu, dan tidak berdisiplin murni, dalam tataran tertentu juga merasuk ke dalam mentalitas PNS.
Etos kerja PNS dapat ditingkatkan yang salah satunya adalah adanya Reward dan Punishment yang seimbang, adanya Reward yang akan didapatkan apabila yang bersangkutan melaksanakan tugas dengan baik. Meskipun kerja dilandasi dengan rasa ikhlas, namun jika dalam bekerja tersebut yang pada akhirnya pegawai yang berprestasi tersebut tidak mendapatkan apa apa, sedangkan pegawai yang kurang berprestasi mendapatkan reward, maka lambat laun rasa ikhlas pegawai yang berprestasi bias luntur. Begitu juga jika dalam sebuah pekerjaan yang dilakukan seseorang lebih besar daripada Job yang seharusnya dikerjakan, dan dari pekerjaan yang dilaksanakan melebihi Job yang diterimanya tersebut, dia mendapatkan imbalan, maka keikhlasan dari pekerjaan yang dilakukannya tidak atau terhindar dari rasa ketidak ikhlasan.
Manusia diciptakan Tuhan dengan kesempurnaan dan kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Bahkan Tuhan telah menganugerahkan semua fasilitas yang ada di dunia ini untuk manusia, tujuannya agar manusia mampu mengoptimalkan segala yang ada untuk menciptakan kemaslahatan dalam hidupnya dan selalu ingat kepada yang menciptakannya.
Kesempurnaan ciptaan Tuhan adalah fitrah bagi manusia. Namun pada kenyataannya kehidupan manusia terkadang diliputi berbagai perasaan kekurangan, inilah yang kemudian memunculkan nafsu yang mendorong manusia untuk bertindak tidak semestinya. Harus diakui pula bahwa sebagai makhluk manusia memiliki juga perasaan suka, benci, marah gembira, sedih, berani, takut dll. Ia juga mempunyai kebutuhan, kemauan , cita-cita dan angan-angan yang terkadang merupakan beban bagi diri manusia.
Manusia juga mempunyai dorongan hidup tertentu, pikiran dan pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan sikap dan pendirian. Selain itu, ia mempunyai lingkungan pergaulan dirumah atau tempat bekerjanya. Realitas sebagaimana disebut diatas tentu mempengaruhi dinamika kerjanya secara langsung, pandangan masyarakat atas pilihan profesi yang diemban yang menurut pandangan masyarakat adalah profesi yang mulia, yang kemudian berubah menjadi pandangan sebuah profesi yang “tercela”, penuh dengan pungli, akan berpengaruh terhadap rasa percaya siri seseorang dan keluarganya. Keadaan seperti itu sangat potensial untuk menimbulkan dampak negatif yang berdampak pada semangat, konsentrasi dan stabilitas kerja orang bersangkutan.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website

No comments:

Post a Comment

 
Support : Copyright © 2013. Blog Syafa'at - Semua Hak Dilindungi
Template Modify by Blogger Tutorial
Proudly powered by Blogger