PERILAKU
REMAJA DAN ETIKA
Banyak
komentar yang dilakukan para pengguna Facebook ketika seorang kepala sekolah
SMAN mengupload foto muridnya dengan pakaian olahraga yang sedang minum dengan
menggunakan tangan kiri, apakah minum air dalam kemasan termasuk melanggar
norma, atau melanggar kesopanan?, bukankah tidak sedikit dari orang dewasa yang
juga minum dengan menggunakan tangan kiri?. Dulu sewaktu saya usia sekolah
selalu diajarkan agar makan dan minum menggunakan tangan kanan, dan saya juga
menuruti. Menulispun juga menggunakan tangan kanan, karena tanggan kanan
dianggap simbul kebaikan, bahkan orang tua mengajarkan bahwa tangan kanan
adalah tangan baik sedangkan kiri adalah tangan jelek, saya juga tidak bertanya
mengapa disebut demikian, sedangkan keduanya adalah organ tubuh manusia ciptaan
Tuhan yang seharusnya tidak ada istilah baik dan jelek.
Perilaku
siswa yang lulus dalam menempuh ujian yang dinyatan Lulus Sekolah merupakan
sebuah kegenbiraan tersendiri bagi siswa, meskipun tidak semua siswa dapat melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi, sehingga bagi siswa yang tidak dapat melanjutkan
pendidikan tersebut akan memasuki gerbang pengangguran yang akan disibukkan
dengan kegiatan mencari pekerjaan yang layak, namun denga kelulusan dalam
menempuh pendidikan setidak tidaknya telah menyesaikan tahapan dalam menempuh
pendidikan.
Ungkapan
yang dilakukan dengan mencorat coret baju seragam, sebagian siswa menganggap
sebuah “ritual wajib” yang dilakukan
ditingkat SLTA, dan tidak dapat digantikan dengan kegiatan lain, meskipun
kadangkala juga diikuti dengan kegiatan dan perilaku lain yang bertentangan
dengan norma yang berlaku. Hal ini dapat dihindari jika siswa tersebut
mendapatkan pengarahan dan remaja tetap dapat menyalurkan aspirasi sebagai
ungkapan rasa kegembiraan tanpa harus melanggar norma yang berlaku.
Perkembangan
zaman mengakibatkan cara pandang yang berbeda, perilaku yang berbeda, dan berbeda pula dalam transformasi etika orang tua terhadap anaknya.
Saya remaja pada masa saya remaja, dan anak saya remaja pada masa saya sudah
dewasa, anak saya tidak mengalami masa remaja pada masa saya remaja, dan saya
tidak mengalami masa remaja pada masa anak saya remaja, meskipun saya pernah
mengalami usia sebagaimana anak saya, sedangkan anak saya belum mengalami usia dewasa
sebagaimana orang tuanya, bisakah tingkat emosi yang sama diterapkan pada masa
yang berbeda? Sedangkan tingkat pendidikan dan lingkungan tempat tinggal
berbeda?.
Sebuah
pertanyaan yang timbul dari penggunaan tangan kiri adalah dosakan kita minum
air kemasan dengan menggunakan tangan kiri?, dan bagaimana dengan orang kidal, yakni orang yang kemampuan tangan
kirinya sama dengan kemampuan tangan kanan pada umumnya, begitu juga dengan
tangan kirinya, mereka begitu enjoy menggunakan tangan kiri untuk menulis dan
kegiatan kegiatan lainnya. Apakah mereka dianggap tidak beretika ketika makan
dan minum dengan menggunakan tangan kiri?, haruskah kita memaksakan mereka
untuk menggunakan tangan tangan untuk menulis, makan dan minum?
Saya
terusik untuk ikut memberikan komentar terhadap potongan rambut anak perempuan
disebuah SMAN yang dengan potongan pendek diatas telinganya serta diberi motif,
yang mirip dengan simbul "the eye of horus" saya yakin tidak ada aturan sekolah yang
secara nyata mengatur masalah potongan rambut bagi anak perempuan, dan saya
juga tidak yakin kalau siswi tersebut juga tidak tahu kalau motif yang ada di
kepalanya mirip The Eye Of horus, dan kalaupun tahu saya tidak yakin siswi
tersebut faham apa itu The eye Horus.
Meskipun
kesehariannya selain saat olahraga siswi SMAN ini setiap sekolah memakai
Jilbab, sehingga motif potongan rambutnya tidak kelihatan, yang menjadi
pertanyaan, mengapa saat olahraga tidak mengenakan jilbab, apakah jilbab
tersebut hanya dipakai untuk menutupi motif potongan rambutnya?, sebab saya
sering menjumpai anak anak remaja yang sekolah memakai jilbab, namun saat
diluar sekolah atau acara tidak resmi disekolah memakai pakaian minimalis, atau
meskipun pakaian tersebut menutupi aurat, namun sangat ketat sehingga lekuk
tubuh dapat terlihat dengan sempurna.
Saya
tidak menyalahkan keberanian siswi ini yang mencukur kepalanya dengan motif
yang menarik, bahkan saya salut akan keberaniannya dimana siswi ini sekolah
pada lembaga pendidikan yang cukup ternama dalam bidang prestasi, saya yakin
siswi ini bukanlah siswi dengan otak pas pasan, dan saya yakin yang dilakukan
hanyalah untuk sensasi, pencarian jati diri. Toh banyak juga Ibu ibu yang
memakai Jilbab dan ternyata rambutnya dicat warna warni, meskipun yang
menikmati hanyalah yang ada dirumah. Saya
menganggap ekspresi yang dilakukan dalam pencukuran rambut kepala dengan motif
bernilai seni atau rambut dibagian tubuh lain sepanjang tidak mengumbar aurat
tidak melanggar etika.
Anak
anak hanya melihat yang dapat dilihat, sebagian diantaranya, disadari maupun
tidak banyak anak baru gede yang telah menjadi korban mode, korban kemajuan
tehnologi dan dunia informasi global, begitu cepatnya informasi yang dapat
diakses, sehingga perilaku remaja yang cenderung meniru sang idola, akan dengan
cepat dan mudah meniru segala gaya rambut dan pakaian sang idola tehnologi
perlahan namun pasti akan merubah perilaku sosial remaja yang juga akan
mempengaruhi proses mental. Korban berarti kerugian, disadari atau
tidak mereka telah dirugikan oleh mode-mode tersebut, Kerugian itu dapat
berupa kehilangan jati diri sebagai generasi muda Islam atau kehilangan masa
depan yang beretika.
Perlu batasan yang jelas dari aturan
yang diterapkan pada sekolah, terutama masalah moral dan etika, sehingga akan
jelas mengenai yang dibolehkan dan atau tidak boleh dilakukan siswa, dan hal
ini harus disosialisasikan dan disetujui pada saat siswa tersebut masuk
sekolah, sehingga akan jelas apakah yang dilakukan seorang siswa tersebut melanggar
aturan sekolah atau tidak, sebab apapun yang dilakukan oleh seorang siswa, baik
dalam lingkungan maupun diluar lingkungan sekolah, akan membawa dampak terhadap
nama sekolah tersebut, apalagi jika yang dilakukan seorang siswa tersebut
merupakan perilaku atau perbuatan yang tidak biasa. Hal ini dapat terjadi
dengan mengingat pandangan masyarakat
terhadap lembaga pendidikan yang dianggap sebuah lembaga yang membentuk semua
perilaku siswa, meskipun keseharian siswa lebih banyak diluar sekolah.
Pengawasan terhadap kawan bermain lebih
mudah dilakukan daripada pengawasan terhadap apa yang dilakukan anak anak dalam
berinteraksi dengan dunia maya, hal ini dapat terjadi karena interaki pada
dunia maya dapat dilakukan pada layar kecil dikamar tidurnya, sehingga meskipun
seakan anak anak diam, namun pada dasarnya menerima banyak informasi dan dapat
berinteraksi dengan banyak orang dari berbagai komunitas, dan banyak orang tua
yang sangat ketinggalan mengenai perkembangan tehnologi.
Ada
minimal tiga permasalahan yang akan mempengaruhi masa remaja. Pertama, otoritas
diri remaja. Pada masa ini remaja biasanya cenderung bersikap menggantung.
Remaja akan banyak diterpa oleh otoritas-otoritas lain yang mampu memengaruhi
sikapnya, kemandirian sikap didapat melalui pengaruh orang tua, teman sebaya,
guru, tokoh idola maupun orang yang dituakan. Baik melalui kontak langsung
maupun melalui media sosial elektronik Kedua, permasalahan pengendalian emosi.
Remaja menunjukkan emosi yang labil sehingga mudah dipengaruhi oleh emosi di
luar dirinya. Remaja akan terdorong bertindak agresif. Ketiga, egocentris.
Remaja cenderung menunjukkan keakuannya dan harapan pengakuan dari orang lain. Kebutuhan
untuk diakui bisa menjerat remaja pada tindakan yang dilarang oleh norma.
Dengan kata lain, remaja bisa saja melakukan tindakan yang melanggar norma asal
dirinya bisa diakui oleh orang lain.
No comments:
Post a Comment